Tak Selamanya Traveling Itu Baik, Benarkah?

'Traveling hanya membuat dunia ini menjadi Disneyland. Semua ditampilkan menyesuaikan selera turis, tak ada lagi yang natural dan alami.'

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Traveling tak selalu baik? CC license 

‘Pariwisata membuat dunia ini makin lama makin mirip Disneyland. Budaya dan kearifan lokal dipertunjukkan tidak lagi natural seperti aslinya, dikemas sedemikian rupa hanya untuk menyesuaikan selera turis. Kini semuanya hanya bahan pertunjukkan.’

Mungkin tidak sama persis seperti yang saya tulis di atas, tapi secara umum, paragraf di atas jadi salah satu curahan hati Matthew Kepnes, pemilik salah satu travel blog berpengaruh di dunia, Nomadicmatt.com.

Curahan hati Matt tersebut memang sudah lama diterbitkan di blognya pada 28 November 2009. Namun kondisi yang ia tuliskan masih sangat relevan dengan kondisi pariwisata saat ini.

“Hancurnya kearifan lokal’.

Matt mengritisi para turis yang hanya tinggal di resort dan hotel, lalu untuk makan pun mereka mencarinya di resto-resto cepat saji yang rasanya seragam di manapun. Globalisasi di semua lini; resort, hotel, makanan, menurut Matt, menjadikan para turis seperti berliburan tak jauh dari tempat tinggalnya. Semua mengadopsi budaya kebaratan. Jika seperti itu, untuk apa traveling?

‘Traveling tak membantu menumbuhkan ekonomi lokal’.

Bagi Matt, keberadaan hotel-hotel dan restoran mewah di destinasi wisata populer samasekali tak berdampak pada membaiknya ekonomi lokal. Jadi baginya, sebuah omong kosong jika traveling dapat membantu ekonomi warga sekitar, jika uang di kantong kita -para traveler, dihamburkan hanya untuk industri raksasa pariwisata di lokasi tersebut. 

‘Traveling merusak lingkungan’.

Dalam pengamatan Matt, dari sekian banyak traveler yang memiliki pola pikir bagus terkait keberlangsungan lingkungan hidup, itu hanya secuil dari mayoritas traveler yang tak peduli pada lingkungan. Selama traveling, sangat sering ia mendapati wisatawan lain yang lupa mematikan AC, lampu, atau sangat sering meminta petugas hotel mengganti handuk hotel meski hanya sedikit membasuh muka. Hal-hal yang samasekali tidak sejalan dengan prinsip ramah lingkungan, yang kini tengah banyak digalakkan banyak pihak.

Saat traveling tak lagi baik

Kita sepakat traveling adalah hal baik. Bahkan sudah puluhan hingga ratusan penelitian ilmiah yang membuktikan manfaatnya. Mulai dari sisi psikologis, hingga kesehatan tubuh.

Baca: Penelitian Membuktikan, Orang yang Traveling Lebih Bahagia Dibanding yang Tidak

Betul, itu adalah manfaat nyata bagi pribadi kita sendiri. Namun, tak banyak traveler yang mau membahas dampak traveling bagi orang lain dan lingkungan sekitar. Tak banyak yang berani mengakui, tak selamanya traveling berdampak baik.

Traveling tak lagi baik, saat kita memilih cuek membuang sampah sembarangan. Traveling tak lagi baik saat kita memilih cuek pada warga lokal. Traveling tak lagi baik saat para pelaku industrinya hanya mengejar untung semata, lupa menjaga keberlangsungan lingkungan hidup. Traveling tak lagi baik saat kita tak benar-benar mencintai traveling, namun hanya menjadi ajang eksis di sosial media.

Baca: Traveling demi pamer, membuat sehat atau malah sakit?

Akan menjadi hal baik atau buruk, kembali pada para pelaku hobi ini, mengapa dan bagaimana kita traveling.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU