Dalam salah satu adegan di film Black Panther, digambarkan tokoh tetua di River Tribe Wakanda yang diperankan oleh Isaach De Bankole. Penampilan Isaach begitu menarik perhatian penonton. Bukan karena setelan jas warna hijau birunya tapi karena piringan bundar yang tersemat di bibirnya.
Piringan bundar yang ada di bibirnya inilah yang kemudian menjadi bahasan banyak orang di dunia nyata atau pun maya. Meskipun Wakanda hanya wilayah hasil rekaan belaka, namun penampilan eksentrik Isaach De Bankole terinspirasi dari penampilan nyata suku Mursi yang ada di Ethiopia.
Suku Mursi Black Panther ini tinggal di lembah OMO yang terisolasi di Ethiopia Selatan dekat dengan perbatasan wilayah Sudan. Ada sekitar 10.000 anggota yang tergabung dalam pemukiman Suku Mursi.
Dalam kehidupan nyata, tidak semua anggota Suku Mursi diperbolehkan menyematkan piringan di dalam bibirnya. Secara tradisional, hanya wanita yang diperbolehkan memakai piringan itu. Wanita Mursi memasangkan piringan yang terbuat dari tanah liat di bibirnya setelah berusia 15 tahun.
Bibir bawahnya diiris, kemudian hasil irisannya dibentangkan dengan kayu agar tercipta lubang menganga sebagai tempat piringan. Lalu, luka tersebut dibiarkan dibiarkan beberapa bulan hingga sembuh. Saat luka bibir sudah mengering, ibu atau pun kerabat wanita diperbolehkan untuk memasang piringan tanah liat.
Tidak ada ketentuan pasti berapa diameter piringan yang harusnya dipasangkan. Namun, rata-rata wanita mursi memasangkan pirungan dengan diameter sekitar 10 hingga 20 cm. Bahkan ada keyakinan di antara pria Suku Mursi, makin besar dan bundar piringan tanah liatnya, wanita mursi akan terlihat semakin cantik.
Begitu bibir diregangkan, makan tidak akan pernah menyusut kembali. Jadi, setiap wanita yang telah mengiris bibirnya kemudian dipasangkan piringan tanah liat, saat itu juga mereka harus belajar bagaimana cara minum dan makan sambil mengenakan piring di bibir.
Selain itu, pemasangan piringan di bibir pun berakibat pada tanggalnya gigi bagian depan bawah. Tujuannya, tentu saja untuk mempermudah mereka menyesuaikan diri saat mengunyah dan berbicara.
Jauh sebelum film Black Panther ini rilis, ada anggapan bahwa pemasangan piringan tanah liat merupakan hal yang di sengaja untuk melindungi wanita-wanita Mursi agar tak terlihat menarik bagi para pedagang budak. Namun, hingga saat ini belum ada penelitian dari para sejarawan yang membuktikan hal tesebut.
Melansir dari afritorial.com dalam artikel berjudul “Tribe: The Unusual Mursi of Ethiopia” menyebutkan, perubahan riasan wajah yang dilakukan para wanita Mursi ini hanyalah penanda bahwa mereka telah memasuki usia siap bereproduksi. Kalau di Indonesia, apa yang dilakukan wanita Mursi ini sama halnya dengan sunat bagi muslim.
Keunikan suku Mursi Black Panther ini tak hanya terletak pada bibirnya yang dihiasi piringan, tapi juga memiliki bahasa sendiri yang disebut Mursi, yang diklasifikasikan sebagai salah satu Bahasa Surmik.