Seringkali Dianggap Kasar, Bahasa Batak Justru Miliki Makna Kesantunan

Berada di urutan keenam setelah bahasa Jawa, Sunda, Melayu, Madura, dan Minangkabau, bahasa Batak memiliki jumlah penutur aktif sebanyak 5.150.000 orang. 

SHARE :

Ditulis Oleh: Himas Nur

Bahasa Batak adalah sekelompok bahasa yang dituturkan di Sumatera Utara. Kelompok ini dimasukkan ke dalam kelompok yang disebut Sumatera Barat Laut bersama bahasa Mentawai dan Nias di dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia.

Berdasar Summer Institute of Linguistics (SIL 2001), bahasa Batak termasuk ke dalam bahasa daerah di Indonesia yang memiliki jumlah penutur bahasa yang cukup signifikan dan bahkan lebih dari satu juta.

Berada di urutan keenam setelah bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Madura, dan bahasa Minangkabau, bahasa Batak dilaporkan memiliki jumlah penutur aktif sebanyak 5.150.000 orang.

Baca Juga: Kumpulan Bahasa Medan yang Punya Beda Makna, Jangan Salah Ucap Saat Liburan ke Sana

Hal ini menggembirakan mengingat banyak dari bahasa daerah yang ada di Indonesia kian tergerus dan sepi peminat. Masih berdasar Summer Institute of Linguistics, 746 bahasa daerah yang dimiliki Indonesia rupanya tak serta merta dilestarikan dengan baik.

Hal ini tampak melalui data yang menyebutkan bahwa kurag lebih 25 bahasa daerah di Indonesia memiliki status yang hampir punah, sementara 13 bahasa daerah lainnya dinyatakan telah punah.

Bahasa Batak dan fungsinya

pernikahan adat batak yang dilakoni kahiyang dan sang suami (Dok/Fatahillah Ginting)

Mengutip I Wayan Arka dalam pengantar di buku karya Suryawan, bahwa bahasa adalah alat lingual simbolis. Ia berperan sentral untuk transmisi pengetahuan lokal.

Seupa dengan Wayan, Ajib Rosidi dalam Sastera dan Budaya: Kedaerahan dalam Keindonesiaan(2016) menyebutkan bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang paling tepat dapat mengekspresikan kebudayaan daerah yang bersangkutan.

Perihal inilah yang kemudian dimaknai bahasa Batak dan penuturnya dengan baik, dan bisa dilestarikan hingga kini. Bagi Anda yang gemar berpetualang, pengetahuan bahasa sedikit-banyak membantu kita dalam tiap melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia.

Pada bahasa Batak, kita biasa mengenal kata ”Horas” sebagai sebuah sapaan umum. Kata tersebut sebenarnya merupakan salam khas dari Batak Toba. Salam khas ini sama halnya dengan ”Mejuah-juah” dari daerah Karo dan ”Yahobu” dari daerah Nias.

Bila Anda hendak mencari padanan kata ”Horas” dalam bahasa Indonesia, barangkali justru sulit, namun disinilah letak uniknya bahasa daerah.

Kata ”Horas” sejatinya memiliki makna yang sangat luas. Makna-makna ini bisa berarti apa kabar? selamat pagi/siang/malam, selamat datang/jalan, salam kenal, salam dalam pembuka dan penutup acara, dan sebagainya.

Bahkan lebih dari itu, ”Horas” memiliki makna ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar selalu diberkahi. Ketika Anda disapa dengan ungkapan ”Horas!” maka dijawab juga dengan kata ”Horas” pula.

Bahasa Batak memiliki tenggang rasa yang tinggi

salah satu destinasi wisata di tanah batak (Foto/KRJogja)

Bahasa Batak memiliki banyak keunikan yaitu penggunaan kata dalam bahasa Batak yang kasar dan halus. Misalnya dalam berkomunikasi bahasa yang kasar digunakan untuk pergaulan yang sudah akrab atau sejajar dan bahasa yang halus untuk pergaulan yang umum dan lebih hormat.

Akan terasa aneh jika menggunakan hata andung atau bahasa yang halus terhadap orang yang sudah sejajar umur atau dengan tingkat kekerabatan yang sudah sangat akrab.

Oleh sebab itu memang sangat wajar jika terhadap orang yang dihormati atau tingkat kekerabatan masih jauh (belum menjadi sahabat dekat) harus menggunakan kata atau bahasa Batak yang halus.

Misalnya penggunaan kata “Ho” yang artinya kau adalah bersifat kasar dan baiknya pengucapan “Ho” dalam berbicara hanya untuk sesama Batak yang sudah akrab dalam persahabatan tidak baik jika digunakan terhadap orang tua.

Jika seorang Batak Kristen berkomunikasi dengan orang islam atau agama lain, maka adalah tidak baik jika mengucapkan kata babi, maka pada istilah Batak sendiri banyak yang menyingkat dengan b2 untuk kata babi dan b1 untuk menyebut biang (anjing).

Itulah sebabnya Batak Toba memiliki tenggang rasa yang cukup tinggi terhadap suku atau orang lain. Hata Andung dalam bahasa Batak Toba adalah bahasa yang halus yang biasanya diucapkan dalam acara formal dan kepada orang yang lebih tua.

Misalnya dalam menyebutkan bagian tubuh, tidak baik mengatakan “mata mu”, “ulu mu” (kepalamu), “butuha mu” (perut mu) terhadap orang yang lebih tua, harus dengan Hata Andung.

Begitu juga dalam hal panggilan, adalah kurang sopan jika memanggil nama terhadap orang Batak yang memiliki tingkat stratifikasi sosial yang lebih tinggi dan sudah berkeluarga.

bahasa daerah memiliki keunikan yang menjadi kekayaan Indonesia (Foto/satujam)

Baca Juga: Mangongkal Holi, Ritual Membongkar Tulang Leluhur dalam Batak Toba

Memanggil nama seorang Batak yang sudah berkeluarga dan sudah memiliki anak adalah tidak sopan dan akan membuat tersinggung dan merasa keluarga terhina karena dianggap masih anak-anak.

Hanya sesama anak-anaklah yang diperkenankan memanggil nama asli satu sama lain itupun harus dilihat berdasarkan tingkat kekerabatan dalam keluarga atau tingkat kelahirannya.

Begitulah keunikan bahasa Batak yang justru memiliki rasa tenggang rasa, baik terhadap suku maupun kepercayaan lain. Hal inilah yang seringkali luput sebab paradigma kasar yang berseliweran di layar media membuatnya demikian.

Menjadi penting untuk memahami arti dari sebuah bahasa, tak perlu untuk memahami kata per kata bahasa daerah lain, namun dengan menghargai dan tak segera men-cap atau menstigma suatu bahasa daerah atau suku tertentu dengan sifat-sifat tertentu pula, merupakan salah satu bentuk toleransi paling mudah yang bisa kita jalani dalam hidup di tanah air yang penuh keberagaman ini.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU