Beberapa tahun terakhir dunia pendakian sedang naik daun. Tua, muda, hingga anak-anak menjadikan kegiatan yang tergolong ekstrem ini menjadi kesukaan baru. Menanggapi hal tersebut, pihak pengelola beberapa gunung di Indonesia pun berinovasi dengan menerapkan sistem booking online pendakian. Tujuannya tidak lain adalah untuk memberikan kemudahan dalam proses pendaftaran dan pendataan pendakian.
Keberadaan sistem booking online pendakian sendiri mendapatkan berbagai reaksi. Ada banyak pendaki yang menilai bahwa sistem ini ribet dan menyulitkan. Ada juga yang berpendapat bahwa sistem booking online justru memudahkan dan membantu pendaki dalam mengurus simaksi. Namun tak sedikit juga para pendaki yang belum paham dan mengerti mengenai sistem booking online ini.
Meski sudah cukup lama diberlakukan, namun sepertinya sistem booking online pendakian ini belum tersosialisasi dengan baik dikalangan para pendaki. Hal ini terlihat dari banyaknya pendaki yang masih sibuk mencari informasi dengan bertanya di grup-grup pendakian Facebook. Seperti salah satunya yang ditanyakan oleh calon pendaki di atas.
Ada juga beberapa pendaki yang sudah tahu mengenai sistem booking online ini, namun belum memahaminya secara utuh atau hanya sekadar tahu saja. Sehingga saat melakukan booking justru kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Terutama saat mengalami kendala saat melakukan booking.
Hal ini bisa jadi karena dua alasan. Pertama kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pengelola, terutama pihak Taman Nasional. Kurang intensnya pengelola berkomunikasi secara masif di sosial media membuat banyak pendaki dari luar regional taman nasional tersebut banyak yang belum mengetahuinya.
Begitu juga ketika para pendaki mengalami kegagalan booking atau kendala lainnya, mayoritas dari mereka tak tahu harus melapor pada siapa atau menanyakan pada siapa. Ujungnya adalah mereka bertanya dalam forum komunitas di sosial media yang dianggap lebih responsif.
Alasan kedua mengapa pendaki banyak yang belum memahami sistem booking online pendakian adalah kurangnya inisiatif pendaki sendiri untuk menggali informasi.
Saat ini sebenarnya tak sulit untuk mencari informasi mengenai sistem booking online di internet. Sayangnya, generasi kita memang belum memiliki minat baca yang bagus. Mayoritas dari kita mungkin akan memilih untuk bertanya agar langsung dijawab oleh orang lain ketimbang harus berselancar sendiri di internet. Adakah yang seperti ini?
Sistem booking online diatur untuk membatasi jumlah pendaki yang naik ke gunung tiap harinya. Bagi pendaki yang kehabisan kuota, maka mau tidak mau harus mendaki di hari lain. Namun karena keterbatasan waktu, banyak juga pendaki yang lantas mencari jalan lain agar tetap bisa mendaki di hari yang mereka inginkan. Salah satunya melalui calo yang bisa membantu para pendaki tetap mendaki meski tak melalui tahapan booking online.
Atau dalam kasus lain, banyak juga pendaki yang merasa malas dengan sistem booking online ini. Ribet, jarak yang jauh dan biaya yang dikeluarkan jadi berlipat menjadi salah satu penyebabnya. Maka jalan lain yang lebih mudah bagi mereka adalah mencari calo yang bisa memuluskan rencana pendakian mereka.
Jika melihat beberapa kasus di atas, maka mungkin bisa dikatakan bahwa sistem booking online pendakian bisa membuka pintu lahirnya para calo di gunung. Apalagi banyak juga para calo yang meyakinkan bahwa meskipun tanpa mendaftar online (re: ilegal), mereka akan tetap aman karena standar keselamatan tetap dilakukan.
Ini pastinya membahayakan para pendaki, karena pendakian mereka tidak terdata secara jelas di pos pendaftaran. Yang artinya jika terjadi sesuatu atau bencana selama pendakian, maka resiko bahaya juga makin besar. Kembali lagi pada pendaki, ini justru membahayakan diri mereka sendiri.
Sistem booking online pendakian yang menerapkan kuota maksimal tentunya juga mempertimbangkan kondisi alam. Jumlah pendaki yang dibatasi diharapkan mampu menjaga kondisi gunung agar tidak rusak. Karena tak dapat dipungkiri, makin banyak pendaki yang mendaki maka makin tinggi juga resiko kerusakan alam yang akan terjadi. Ini seperti hukum alam yang sudah tak dapat ditampik lagi kebenarannya.
Melihat sedikit pembahasan di atas, tentu kita sepakat bahwa sistem booking online pendakian belum berjalan maksimal sebagaimana mestinya. Meski begitu, bukan berarti sebagai pendaki kita bisa mengambil jalan pintas yang justru membahayakan diri sendiri, seperti menggunakan calo, mendaki lsecara ilegal dan cara-cara lainnya.
Sebagai pendaki yang bertanggung jawab, kita seharusnya bisa memberikan masukan dan kritik pada pengelola. Apa saja yang harus diperbaiki dan dibenahi, sehingga sistem tersebut bisa menjadi lebih baik dan bisa mengakomodir kebutuhan pendaki.
Phinemo juga merasa bertanggung jawab untuk membantu rekan pendaki yang ingin menyampaikan keluhan atau masukan mengenai sistem booking online pendakian ini. Melalui sebuah survey, kami mengajak para pendaki untuk aktif memberikan saran dan kritik pada pengelola gunung. Hasil dari survey akan kami rilis dalam bentuk artikel sehingga dapat disampaikan pada pihak-pihak yang berwenang dan menjadi kritik yang membangun tentunya.
Untuk ikut dalam aksi tersebut, sila isi survey dengan klik link ini : https://goo.gl/forms/u40I2Q2KTK8K5ynw2