Beberapa waktu lalu, Kemenpar melalui Menteri Pariwisata Arief Yahya mengumumkan bahwa soto menjadi makanan nasional bersama empat kuliner lain seperti Rendang, Nasi Goreng, Sate, dan Gado-Gado.
Pemilihan soto sebagai makanan nasional disebabkan mudahnya menjumpai kuliner ini di setiap penjuru tanah air. Selain itu, masyarakat juga hampir setiap hari makan soto. Bahkan, sejak zaman penjajahan Belanda dulu, soto sudah melegenda.
Sebuah akun twitter bernama @potretlawas membagikan foto anak-anak Semarang tanpa kenakan sehelai kain pun sedang asyik makan soto tanpa sendok. Foto tersebut diambil pada tahun 1900
Anak-anak Semarang jajan soto, circa 1900. ? pic.twitter.com/LNkbLTttH3
— Potret Lawas (@potretlawas) October 30, 2017
Soto pun sudah mendarah daging bagi rakyat Indonesia. Selain foto di atas, tampak potret foto seorang pria tua yang membawa pikulan dengan dua anak kecil duduk di bawahnya. Sejak pertama kali diperkenalkan, soto memang dijual dengan menggunakan pikulan.
“Tambah kuah dulu…” Entah ceritanya ini penjual apa: mungkin soto, mungkin sop. Potret studio tahun 1870. pic.twitter.com/dNKQgDIZwk
— Potret Lawas (@potretlawas) October 24, 2017
Sekarang ini, banyak soto yang disajikan menggunakan nasi, meski tak jarang dikombinasikan dengan lontong. Namun, sebuah potret lawas mengungkap keadaan penjual soto di Surabaya. Tak jelas kapan tahunnya. Dari foto tersebut terlihat, soto disajikan bersama ketupat. Mereka pun masih makan tanpa gunakan sendok, dengan tangan kosong.
Sejarah soto mengungkapkan bahwa kuliner ini berasal dari Tiongkok. Sebuah buku berjudul, Nusa Jawa: Silang Budaya, Denys Lombard membahas tentang asal mula soto. Di sana disebutkan bahwa soto berasal dari China yang dikenal dengan sebutan caudo atau jau to.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ary Budiyanto dan Intan Kusuma Wardhani dengan judul Menyantap Soto Melacak Jao To menemukan bahwa soto berasal dari makanan China dalam dialek Hokkian yang bernama cau do. Arti dari cau do sendiri adalah rerumputan jeroan atau jeroan berempah.
Seiring perkembangan zaman dan penyesuaian selera lokal, soto tak hanya berisi jeroan, tapi lebih beragam. Seperti Kudus misalnya, di sana soto diolah dari daging kerbau karena sapi dianggap sebagai hewan suci yang tak boleh disembeli dan dimakan. Selain itu, ada juga daerah yang menambahkan telur, tauge, kol, santen, dan banyak lainnya. Semua menyesuaikan selera dan kebudayaan masing-masing daerah.
Meski sudah tersebar di banyak daerah, kuliner soto ini pertama kali populer di Semarang sekitar abad ke-19. Kemudian, kelezatan kuliner ini tersebar di pantai utara Jawa seperti soto Betawi, soto Cirebon, soto Kudus, soto Lamongan, hingga soto Madura. Persebaran soto ini pun tak bisa lepas dari peran peranakan Tiongkok yang banyak mendiami wilayah tersebut.
Sejak dahulu kala, kuliner soto ini memang menjadi makanan favorit berbagai kalangan. Kini kuliner semua orang ini pun dijadikan kuliner nasional.