Popularitas pariwisata Pulau Komodo kian melambung. Tahun 2017 lalu, lebih dari 120.000 wisatawan mengunjungi Pulau Komodo di mana 60 persen di antaranya merupakan turis asing.
Gaung pariwisata Komodo pun terdengar hingga ke telinga para selebriti dunia. Sebut saja aktris hollywood yang juga mantan istri vocalis Coldplay, Chris Martin, Gwyneth Paltrow sudah menginjakkan kaki di sana. Pun dengan pembalap fenomenal, Valentino Rossi.
Tak bisa dipungkiri, satwa endemik bernama latin Varanus Komodoensis menjadi salah satu magnet penarik para wisatawan. Maka, berterimakasihlah pada Peter Ouwens.
Komodo pertama kali didokumentasikan oleh seorang warga Eropa pada tahun 1910. Penjelajah Eropa ini kemudian menyebarluaskan berita akan adanya pulau “buaya”.
Kabar ini pun akhirnya sampai juga ditelinga Direktur Museum Zoologi Bogor, Peter Ouwens. Pada 1912, dia menuliskan karya ilmiah tentang hasil dokumentasi dan kulit Komodo yang didapatkannya dari Letnan van Steyn van Hensbroek asal Belanda. Jurnal ilmiah tersebut berjudul “On a Large Varanus Species from an Island of Komodo” dan menjadi bagian dari perpustakan The New York Botanical Garden.
Bermula dari jurnal ilmiah Peter Ouwens inilah, berita keberadaan komodo pun makin menggaung di dunia. Nama Varanaus Komodoensis pun berasal dari Peter Ouwens.
Hingga akhirnya, pada 1926, seorang penjelajah bernama W. Douglas Burden melakukan ekspedisi untuk menemukan komodo.
Dari hasil penjelajahannya, W.Douglas Burden berhasil membawa 12 ekor komodo yang diawetkan dan 2 lagi masih dalam keadaan hidup. Tiga dari 12 komodo yang telah diawetkan tersebut dipamerkan di Museum Sejarah Alam Amerika. Douglas Burden jugalah yang mempopulerkan nama “komodo dragon”.
Berbagai ekspedisi pun terus dilakukan untuk mengungkap spesies kadal raksasa ini. Namun, ekspedisi harus dihentikan sementara waktu karena adanya Perang Dunia II.
Lalu, di sekitar tahun 1960, sebuah ekspedisi jangka panjang kembali direncanakan. Ekspedisi ini dilakukan oleh keluarga Auffenberg. Selama ekspedisi, mereka akan tinggal di Pulau Komodo selama 11 bulan pada tahun 1969.
Selama tinggal di sana, Walter Auffenberg dan asistennya menangkap dan menandai lebih dari 50 ekor komodo.
Penelitian dari ekspedisi Auffenberg ini pun terbukti sangat berpengaruh dalam meningkatkan komodo di penangkaran. Dibantu oleh ahil biologi Claudio Ciofi, penelitian tersebut berhasil menjelaskan sifat dari komodo.
Perkembangan evolusi komodo dimulai dengan genus Varanus. Sekitar 40 juta tahun lalu, satwa ini berasal dari Asia sekitar. Lalu, mereka bermigrasi ke Australia dan berevolusi menjadi bentuk raksasa.
Pada 15 juta tahun lalu, digambarkan bahwa Australia dan Asia Tenggara mengalami perpecahan. Keadaan inilah yang kemudian memungkinkan komodo kembali ke tempat asalnya di Asia Tenggara tepatnya di Indonesia timur.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya temuan fosil terbaru dari Queensland, Australia. Fosil tersebut menunjukkan bahwa Komodo benar-benar berevolusi di Australia sebelum menyebar ke Indonesia.
Ekspedisi yang dilakukan penjelajah tentang penemuan kadal raksasa ini pun mengerucutkan hasil bahwa komodo merupakan hewan endemik yang hanya ditemukan di Indonesia. Untuk melindungi spesies komodo dan habitatnya, maka pada 1980 Indonesia mendirikan Taman Nasional Komodo.
Saat pembentukan taman nasional, terdapat 277 spesies hewan yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia dan Australia, yang terdiri dari 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia. Bersama dengan komodo, setidaknya 25 spesies hewan darat dan burung termasuk hewan yang dilindungi, karena jumlahnya yang terbatas atau terbatasnya penyebaran mereka.
Selain itu, di kawasan ini terdapat pula terumbu karang. Setidaknya terdapat 253 spesies karang pembentuk terumbu yang ditemukan di sana, dengan sekitar 1.000 spesies ikan. Keindahan terumbu ini menarik minat wisatawan asing untuk berenang atau menyelam di perairan ini.
Lalu, pada tahun 1991 taman nasional Komodo diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Hingga pada 11 November 2011, Taman Nasional Komodo berada dalam jajaran 7 Wonders warisan alam dunia bersama Hutan Amazon, Halong Bay, Air Terjun Iguazu, Pulau Jeju, Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa, dan Table Mountain.
***
Sumber: Ouwens, Pieter Antonie (1912). “On a large Varanus species from the island of Komodo”. Bulletin de l’Institut botanique de Buitenzorg.