Per 26 April 2018 nanti, Pulau Boracay di Filipina yang terkenal dengan kecantikan pasir putih dan biru air lautnya resmi ditutup selama 6 bulan ke depan. Penutupan tersebut bertujuan untuk memulihkan keadaan Boracay yang dipenuhi limbah pembuangan. Berita selengkapnya bisa dibaca pada link berikut ini;
Sampah dan limbah industri pelau bisnis wisata di setiap destinasi favorit wisatawan menjadi masalah klasik yang dijumpai setiap negara. Tak hanya Boracay di Filipina, Indonesia pun mengalami permasalahan serupa.
Pulau Bunaken misalnya. Pulau yang terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya ini pun menghadapi masalah sampah. Merasa permasalahan sampah harus segera dihentikan, pengelola Taman Nasional Bunaken bersama pemerintah daerah dan pengelola dive center di Bunaken bersama-sama membereskan sampah setiap bulannya.
Melansir dari Kompas.com, tahun 2018 ini, Taman Nasional Bunaken kini telah dijadikan Role Model penangan sampah. Sejak Januari lalu, total 3 ton sampah telah diangkut dari perairan laut Bunaken dalam kurun waktu 3 bulan. Yang terakhir, Pulau Bunaken menghasilkan 1 ton sampah.
Menurut Humas Balai Taman Nasional Bunaken, Eko Wahyu Handoyo, jika dirata-rata, Pulau Bunaken menghasilkan satu ton sampah setiap bulan. Jumlah ini mengalami kenaikan mengingat cuaca beberapa bulan belakang yang sedang tak baik.
Sampah-sampah yang diangkut di Pulau Bunaken mayoritas bukan berasal dari Pulau Bunaken, melainkan dari Sulawesi dan Kalimantan. Diduga, sampah Bunaken tersebut terbawa arus pusaran air laut yang bermuara ke Bunaken. Keadaan makin buruk saat cuaca sedang ekstrem. Sampah yang terbawa arus akan makin melimpah.
Menurutnya, jika sampah tersebut dikumpulkan, pihak Taman Nasional Bunaken bisa mengangkut 5 karung sampah per hari. Jenisnya pun beragam mulai dari sampah plastik, kaleng, kayu, dan lainnya.