Maskapai Aeroflot asal Rusia kembali menjadi sorotan publik. Setelah kasus meledaknya power bank di kabin mereka, kali ini mereka jadi bahan perbincangan setelah diduga melakukan diskriminasi pada 1 rombongan turis muslim.
Perlakuan tidak mengenakkan dialami oleh sejumlah turis uslim yang naik maskapai Aeroflot. Mereka tidak boleh naik pesawat ke Amerika karena penampilan fisik mereka.
Hal itu pun baru diketahui lewat formulir protes yang ditujukan pada badan transportasi udara di Washington DC beberapa hari lalu. Protes itu dilayangkan oleh sekelompok warga negara Amerika keturunan India Muslim.
Awal mula kejadian ini adalah ketika mereka tengah terbang dari New Delhi di India menuju Amerika dengan menaiki maskapai Rusia Aeroflot awal Januari lalu seperti dilansir dari media American Bazaar Online.
Rombongan turis muslim yang masih 1 keluarga tersebut adalah Marc Fernandes yang terbang bersama pasangannya Shahana Islam, dan adik-adik Shahana yaitu Sabiha Islam, Bakiul Islam, dan Anshul Agrawal.
Kronologinya, mereka dijadwalkan terbang ke Amerika Serikat dari New Delhi. Namun akibat badai salju di New York, penerbangan pun terhenti di Moskow, Rusia.
Namun malang, mereka berempat beserta sekitar belasan penumpang non kulit putih harus mengalami kejadian diskriminasi. Saat penumpang kulit putih diberikan tiket penerbangan alternatif, Shahana dan keluarga dipaksa untuk terbang kembali ke New Delhi atau dideportasi seperti diberitakan The Independent.
Menanggapi tuntutan itu, perwakilan Aeroflot yang bernama Mikhail mengungkapkan alasannya adalah karena tidak adanya ketersediaan bangku pada penerbangan alternatif.
Namun, pihak Aeroflot juga tidak menerbitkan visa transit bagi mereka. Artinya, mereka harus meninggalkan Moskow dalam durasi 24 jam atau sehari setelah tiba.
Shahana beserta keluarga telah mencoba membuktikan identitas dengan menunjukan paspor Amerika milik mereka. Namun oleh pihak Aeroflot, mereka tetap dianggap orang India karena penampilan fisik mereka.
Tidak menyerah, Shahana beserta keluarganya juga mencoba menghubungi pihak Kedutaan Amerika Serikat di Moskow.
Namun lagi-lagi, perwakilan Aeroflot tidak mau berbicara dan justru mengancam untuk mendeportasi hingga pengenaan denda.
Hingga saat ini, tuntutan pun masih dilayangkan pada pihak Aeroflot oleh Shahana dan keluarga. Berbagai media internasional seperti IB Times juga berusaha menghubungi Aeroflot untuk melakukan konfirmasi, namun belum ada jawaban.