Ngerebong, Ritual Kesurupan Massal di Bali yang Masih Lestari

Pada ritual kesurupan Massal di Bali, orang-orang yang kesurupan tersebut akan menggeram, menangis, berteriak, menari, bahkan melakukan hal-hal ekstrem.

SHARE :

Ditulis Oleh: Himas Nur

Kesurupan massal di Bali merupakan salah satu bagian dari puncak acara tradisi Ngerebong. Tradisi unik ini masih dipegang teguh oleh masyarakat Balii, khususnya masyarakat di Desa Kesiman, Denpasar.

Ngerebong sendiri merupakan bahasa Bali yang memiliki arti berkumpul. Pada saat tradisi Ngerebong diadakan, dipercaya jika para dewa sedang berkumpul.

Baca Juga: Mengenal Mumi dari Papua yang Berusia Ratusan Tahun

Tradisi Ngerebong diadakan setiap enam bulan sekali sesuai dengan penanggalan Bali, yaitu setiap delapan hari setelah Hari Raya Kuningan atau pada hari Minggu, Redite Pon Wuku Medangsia.

Lokasi ritual kesurupan massal di Bali

tradisi ngerebong di Bali ini masih lestari hingga kini (Foto/Edwin Sanjaya)

Pusat diadakannya Tradisi Ngerebong Bali berada di Pura Petilan, yang terletak di daerah Kesiman. Sebelum dimulainya acara puncak, biasanya masyarakat sudah memenuhi area acara.

Di sana juga sudah terdapat beberapa suguhan seperti alunan musik tradisional, bunga-bungaan dalam tempayan cantik, serta penjor-penjor.

Sebelum upacara dimulai, para pecalang atau yang biasa disebut polisi adat akan mengosongkan jalanan atau menutup jalan. Jalanan ditutup sebab upacara dan serangkaian tradisi ngerebong memang sakral.

Untuk mengawali upacara ini, masyarakat akan sembahyang di Pura Petilan. Kemudian acara akan semakin ramai, karena dilanjutkan dengan adanya acara adu ayam di wantilan.

Wantilan merupakan bangunan yang menyerupai bale-bale. Setelah itu masyarakat mengarak barong yang merupakan lambang kebaikan bagi masyarakat pennganut Hindu dan diarak menuju Pura Pengerebongan.

Momen kesurupan massal di tradisi Ngerebong

tradisi ngerebong di Bali ini masih lestari hingga kini (Foto/Berita Bali)

Di momen-momen mengelilingi wantilan akan terdapat beberapa orang yang kesurupan atau kerasukan. Orang-orang yang kesurupan tersebut akan menggeram, menangis, berteriak, menari-nari dengan diiringi oleh musik tradisional beleganjur.

Selain melakukan hal-hal tersebut, orang-orang yang kesurupan juga akan melakukan tindakan yang ekstrem. Mereka akan menghujamkan keris pada dada, leher, kepala, dan mereka juga tidak terluka.

Masyarakat yang tidak kesurupan wajib mengamankan masyarakat yang lain yang tidak kesurupan agar menghindari orang kesurupan melukai mereka.

Kekuatan magis roh yang masuk pada tubuh mereka seolah-olah memberikan efek kebal, sehingga mereka tidak terluka meskipun keris menggoresi tubuh mereka. Kerasukan seperti itu memang akan terjadi pada tradisi Ngerebong ini.

tradisi ngerebong di Bali ini masih lestari hingga kini (Foto/Edwin Sanjaya)

Tradisi Ngerebong Bali sendiri juga memiliki tujuan, yakni untuk mengingatkan umat Hindu agar terus menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan alam atau yang dikenal dengan istilah Tri Hita Karana.

Baca Juga: Ngeri! Tradisi Mencabik Mayat di Bali Ini Mengundang Kontroversi

Berakhirnya Tradisi Ngerebong ini ditutup dengan persembahyangan yang membuat roh-roh pulang ke alamnya. Dan semua masyarakat kembali sadar setelah tradisi sakral ini berakhir.

Bagi anda yang sedang berlibur di Bali dan ingin mengetahui Tradisi Ngerebong, anda dapat menuju ke Desa Kesiman, Denpasar. Waktu terbaik berkunjung ialah sebelum pukul 09.00, sebab acara dimulai pukul 09.00 WITA.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU