Maskapai penerbangan Transavia yang terbang menuju Pulau Canari, Spanyol tiba-tiba harus melakukan pendaratan darurat ke Faro, Portugal. Bukan karena pesawat alami gangguan mesin, tapi karena ada salah seorang penumpang memiliki aroma tubuh tak sedap.
Diketahui penumpang berbau tubuh menyengat tersebut adalah seorang gitaris asal Rusia bernama Andrey Suchilin. Dilansir dari berbagai sumber, bau badan Suchilin sangatlah parah. Sejumlah penumpang yang ada di dalam pesawat dilaporkan menderita pusing hingga muntah-muntah karena mencium bau badan Suchilin.
Salah seorang penumpang bernama Piet van Haut menuliskan bahwa pria tersebut mengeluarkan bau seperti tidak mandi selama beberapa minggu.
Bau badan penumpang tersebut membuat seisi pesawat tak kuat dan menyerah. Mereka pun melaporkan ketidaknyaman tersebut kepada awak pesawat.
Memperoleh laporan tersebut, pihak maskapai Transavia memutuskan untuk menahan Suchilin di dalam toilet. Itu pun berlangsung hanya sementara, sebelum akhirnya sang pilot mendarat darurat di Faro, Portugal dan memindahkan Suchilin dari penerbangan karena bau badannya.
Namun, siapa sangka, ada fakta mengerikan di balik bau badan Suchilin. Setibanya di Portugal, Suchilin dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi yang terus memburuk. Sebelum terbang ke Spanyol, Suchilin dan istrinya menjelaskan bau badan yang dialami oleh Suchilin disebabkan oleh infeksi pantai biasa. Mereka bahkan sempat mencari pertolongan medis sebelum terbang menuju Spanyol.
Kali ini dokter mendiagnosisnya menderita nekrosis, suatu penyakit yang disebabkan karena jaringan atau kematian sel dan jaringan hidup dini. Untuk mencegah kerusakan organ yang lebih parah, pihak rumah sakit segera menempatkan Suchilin dalam kondisi koma dan melakukan operasi pengangkatan sel kulit mati. Sayangnya, para dokter tidak berhasil menyelamatkannya. Suchilin meninggal pada 25 Juni saat tubuhnya belum sempat terbangun.
Tidak diketahui secara pasti bagaimana Suchilin bisa menderita nekrosis. Namun, nekrosis ini biasanya disebabkan oleh banyak faktor seperti infeksi, kekurangan oksigen, cedera, trauma, dan perawatan luka yang tidak tepat, terutama di dekat air.
Di lingkungan pantai, orang yang terluka di karang berpotensi lebih besar untuk kemasukan bakteri laut nekrosis. Bakteri ini bisa tumbuh subur dalam kondisi anaerobik, memotong suplai darah ke jaringan di dalam tubuh, yang pada gilirannya menyebabkan pembusukan. Proses ini menghasilkan bau yang sangat kuat, karena jaringan membusuk secara efektif. Jaringan yang mati tidak bisa diselamatkan, tetapi jika nekrosis diketahui dari awal, penyebaran bakteri dapat dihentikan.
Sayangnya, kasus nekrosis yang dialami Suchilin tak terdeteksi. Hal ini dikarenakan gelaja nekrosis sendiri tidak diketahui secara spesifik dan membingungkan penderita. Biasanya, penderita nekrosis pada tahap awal akan mengalami demam, nyeri, bengkak, dan nyeri di area tubuh yang terinfeksi nekrosis.
Salah satu tanda infeksi nekrosis berkembang parah adalah saat kulit menjadi keras dan berubah warna seperti memar, dan pasien bisa menjadi sangat tidak sehat dengan tekanan darah rendah serta kebingunan. Pada fase ini, penderita harus ditangani secara medis. Jika tidak, maka bakteri akan menjalar dengan cepat ke organ vital seperti jantung, ginjal, dan paru-paru seperti yang dialami Suchilin.
Orang-orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh, obesitas, dan diabetes berisiko tinggi mengalami penyakit ini.
Dijelaskan, penyakit ini akan makin mudah berkembang jika luka atau infeksi yang dialami berada pada lingkungan dekat air. Jika kebetulan Anda terluka saat liburan di pantai atau pun danau dan khawatir akan perkembangan nekrosis dalam tubuh, pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga luka tetap bersih.