Perjalanan Menuju Curug Nangga Banyumas: Saat Perjalanan Tak Berjalan Mulus

Saat rencana kita tak berjalan lancar, rasa kecewa mungkin muncul. Hal itu wajar, namun bukan berarti perjalanan kita gagal. Tergantung dari cara menyikapinya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Rossita Kurnia Rahayu

Foto oleh Rossita

Saat asyik menikmati pemandangan, tiba-tiba teman saya menghentikan motor mendadak. Ada jalan bercabang 2 seperti huruf Y di depan kami.Suasana sangat sepi, tak ada seorangpun yang dapat kami tanyai. Di sekeliling kami adalah hutan lebat. Sesekali terdengar derik serangga dan suara-suara binatang liar di rimbunan semak-semak. Kami bingung akan lewat jalan yang mana. Sisi kanan jalanan terbuat dari tanah, hanya cukup untuk satu motor, sampingnya adalah jurang. Serasa tidak mungkin melewati jalan itu. Karena itu kami memilih jalan yang sisi kiri. Setelah beberapa ratus meter, jalan yang kami pilih ternyata buntu. Saya turun dari motor dan nekat mengetuk rumah terdekat di situ. Keluarlah seorang ibu lanjut usia, menurut beliau ternyata kami seharusnya memilih sisi kanan tadi! Memang kondisi jalannya buruk seperti itu. Jalan di sini ternyata memang sangat ekstrim, salah keseimbangan sedikit saja bisa celaka karena di sebelah kanan kami adalah jurang!

Setelah menempuh perjalanan cukup melelahkan, akhirnya kami berhasil sampai di jalanan beraspal! Saya berteriak karena saking senangnya. Orang lain mungkin melihat kami berlebihan, tapi ini memang benar-benar melegakan. Saya bahkan sempat berpikiran buruk saat di jalan kecil sebelumnya.

Di rumah terakhir sebelum benar-benar memasuki jalur yang tak bisa dilalui motor, kami menitipkan kendaraan sembari meminta petunjuk jalan menuju ke Curug Nangga pada si tuan rumah. Saya kaget setelah mendengar penjelasan dari si tuan rumah ini. Untuk menuju Curug Nangga, kami harus menyusur sungai di balik rumah ini. Hanya itu satu-satunya jalur untuk sampai ke curug.

Saya dan teman saya saling tatap. Kami tak menyangka jika jalurnya se-ekstrim itu. Seberapa jauh kami harus susur sungai? Seberapa deras sungainya? Bagaimana jika tiba-tiba ada air bah? Bagaimana jika ada hewan berbahaya di sungai? Pikiran-pikiran buruk bermunculan. Namun kami saling menguatkan, memantapkan tekad karena sudah sejauh ini. Sungai itu di hutan. Benar-benar sunyi sepi. Ini perjalanan yang memang benar-benar sebuah “petualangan”.

Ketika pertama menjejak tanah basah di dalam sungai, pikiran-pikiran buruk perlahan hilang. Sungai ini tak seburuk itu. Tidak terlalu dalam, meski ada bagian-bagian yang terlihat dalam. Saya harus jeli memilih bagian-bagian sungai yang dangkal. Tekstur sungainya terlihat seperti tangga, besar, menurun. Hingga akhirnya kami sampai di ujung sungai. Arus sungai itu turun kebawah menjadi sebuah air terjun. Ternyata ini adalah Curug Nangga tingkat pertama dan saya berada di atasnya! Pemandangannya, wow! Luar biasa! Saya berhenti sejenak sembari menikmati indahnya alam. Jauh dalam jangkauan pandangan saya, memandang sebuah bukit dengan terasering sawah yang begitu indah dari kejauhan.

Cukup lama saya dan teman-teman menikmati pemandangan dari atas air terjun. Kini tinggal berpikir bagaimana caranya supaya bisa turun menikmati pemandangan Curug Nangga tingkat pertama itu. Saya bergegas mencari jalan. Jiwa petualang pun harus dikeluarkan agar bisa menentukan jalan yang tepat. Saya harus menuruni tebing curam, kondisi rute jalan tidak jelas, tertutup oleh rerumputan yang tinggi.

Setelah blusukan di semak-semak dan tebing, kami berhasil menemukan jalan menuju tingkat pertama Curug Nangga itu. Sebenarnya masih ada curug lagi di bawahnya, tetapi saya dan teman-teman belum tahu akses jalan yang ditempuh lewat mana. Bisa saja seharian itu kami bertualang mencari jalan dan menemukan curug-curug yang lain. Akan tetapi, teman saya menolak, mungkin karena sudah terlalu lelah.

***

Perjalanan ini benar-benar petualangan yang memacu adrenalin.  Rasa kecewa mungkin muncul saat rencana tak berjalan mulus. Hal itu wajar, namun semua kembali pada diri masing-masing. Tergantung dari cara menyikapinya. Begitupun saya, kecewa itu ada, tapi mampu tergantikan oleh petualangan yang baru.

Karena bagi saya, perjalanan tidak selalu sempurna sesuai apa yang kita inginkan. Perjalanan ialah bagaimana kita menemukan hal-hal baru yang nyata dalam kehidupan.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU