Perjalanan ke berbagai destinasi seperti menjadi sebuah keharusan bagi anak muda. Mungkin karena materi ini tidak selalu bisa didapat di bangku kuliah. Seperti halnya saya yang kini menggemari perjalanan dan petualangan.
Saat ini saya sedang beralih ke perjalanan menjelajah air terjun desa atau orang-orang didesa sering menyebutnya “curug”. Tak perlu jauh-jauh dulu, ada sangat banyak curug di sekitar tempat tinggal saya, Banyumas, Jawa Tengah.
Setelah berkunjung ke beberapa curug, saya menyadari sesuatu, tiap tempat memiliki perjalanan, petualangan dan kenangannya masing-masing.
Akses jalan menuju curug ini cukup memadai. Ada jalan berbentuk tangga untuk menuruni bukit, karena curug ini terletak di kawasan lembah.
Saya dengan seorang teman melihat ramainya orang-orang sedang menuruni jalan itu, kala itu itu memang sedang ramai pengunjung. Karena tak sabar ingin cepat sampai, saya dan teman saya memutuskan mengambil jalur lain, yang ternyata medannya cukup terjal. Terlalu miring dan tidak ada jalanan yang sudah dibuat tangga. Kami tetap nekat melewati jalan itu meski dengan susah payah dan rasa was-was khawatir terpeleset.
Dan akhirnya, kami pun sampai di curug! Kami sampai lebih cepat dari rombongan orang-orang tadi.
Panduan : Curug ini terletak di Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang. Berjarak sekitar 15 km di ujung timur dari Kota Purwokerto.
Curug ini cukup populer di Banyumas, apalagi untuk kalangan pemburu curug. Beda dengan Curug Ceheng, di sini tak ada jalur alternatif sehingga saya tak bisa bereksperimen mencari jalan lain.
Curah air Curug Cipendok luar biasa. Saat mendekat rasanya seperti ada hujan lokal yang begitu deras! Baju saya sampai basah. Itu karena curug ini memang tinggi dan aliran air terjunnya sangat deras.
Ini nih, petualangan yang paling menantang dan cukup memacu adrenalin. Mulai dari melewati akses jalan menuju desa tempat tujuan hingga akses ke curugnya. Saya harus menyusuri sungai di tengah hutan untuk sampai ke Curug Nangga! Sungai ini memang jalan satu-satunya. Saya mulai berpikiran macam-macam, terlebih lagi karena saya tidak bisa berenang takut jika tiba-tiba ada air bah dari atas gunung. Untungnya, setidkanya sungai ini dangkal. Setelah sampai di ujung sungai, ternyata saya berada di atas Curug Nangganya. Istirahat sejenak di atas sini, sembari menikmati pemandangan alam sekitar dan memikirkan bagaimana cara untuk dapat turun melihat curug tingkat pertama dari bawah.
Perjalanan saat itu menuju curug ini memang begitu melelahkan dan menantang, hingga akhirnya dapat melihat curug nangga teratas. Masih ada curug lain tingkat-tingkat di bawahnya. Sayangnya, saya tidak menemukan akses jalan menuju kesana. Saya masih punya keinginan untuk bisa menjelajah ke curug itu lagi, karena masih ada curug yang belum saya lalui.
Curug Lawang terdapat di balik gua batu. Kondisi jalan masih seperti tebing batu kurang lebih 1-2 meter panjangnya. Harus dilewati dengan penuh konsentrasi. Melewati jalur menuju jalur ini seperti melakukan olahraga ekstrim karena bisa terpeleset dan jatuh ke sungai yang ada dibawahnya. Dilanjutkan dengan melewati jembatan bambu yang tak ada pegangannya dan di bawahnya adalah jurang. Harus ekstra hati-hati juga saat melewati jembatan itu. Meski demikian, pemandangannya cukup memukau. Airnya dingin seperti air es. Beratnya jalur terbayar dengan kecantikan dan kemegahan Curug Lawang.
Harus menyiapkan stamina ekstra menuju curug ini karena jalan menuju curug ini cukup jauh. Dalam perjalanan, Saya menemukan banyak anak kecil yang sedang mandi di sungai. Mereka berani tlompat dan terjun dari ketinggian ke sungai tersebut.
Rasanya senang bisa melihat mereka masih bermain dengan alam. Senyum mereka tersirat bahwa masih ada kebahagiaan dalam setiap keadaan. Memang di desa adalah sumber dari kealamian.
Menuju Curug Telu mesti melewati jalanan hutan. Kemudian menuruni anak tangga yang tinggi-tinggi dan jumlah sangat banyak. Setelah tiba di lokasi saya berteriak puas, pemandangannya luar biasa! Curug ini memiliki tiga sisi. Namun yang paling ramai menjadi pusat kunjungan hanya satu curug. Setelah dilihat-lihat curug ini disamping kanan kirinya terdapat rembesan air. Sungguh surga tersembunyi yang ada di desa. Sekian lama saya hidup di Banyumas, baru kali ini Saya mengetahui keberadaannya.
Disini saya dan teman-teman membuat suatu permainan yaitu menumpuk batu setinggi-tingginya diatas air. Alhasil, kami berlima sibuk sendiri dengan menata batu. Pengunjung lain yang di sana mungki bingung melihat tingkah kami. Kami tak peduli. Dan yup, keinginan saya untuk membuktikan apa yang ada di foto yang saya lihat pun tercapai. Ternyata benar bebatuan di curug ini mampu disusun tertata rapi, tidak goyah walau pun diterjang arus air. Ini suatu keindahan alam dan rahasia alam.
Mungkin dapat dijelaskan secara ilmiah, tapi saya masih kurang paham. Saya hanya paham ini masih dalam pengaruh gaya gravitasi. Ciri khas dari tempat ini yang tak bisa saya temukan di tempat lain.
***
Petualangan bukan sebatas mengenal dan berkunjung, tetapi juga menemukan. Menemukan hal-hal baru, perbedaan dari suatu tempat dengan tempat lain. Hingga dapat temukan keistimewaannya