Perbedaan Stasiun Tawang Semarang Zaman Dulu Vs Sekarang

Stasiun Tawang Semarang kini menjadi stasiun kereta api besar tertua. Gaya arsitektur Belandanya masih dipertahankan hingga kini.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang kini banyak diminati oleh para pelancong. Selain lebih cepat dan efisien, kereta api juga dinilai lebih nyaman dan terjangkau dibanding alat transportasi lainnya. Apalagi kini kereta api di Indonesia sudah mengalami banyak perubahan. Dari mulai sistem pembelian tiket, pelayanan selama di perjalanan dan juga di stasiun. Selain itu, bagi yang biasa memanfaatkan moda transportasi ini, pasti juga sudah akrab dengan suasana stasiun kereta api.

Stasiun Tawang Semarang pada tahun 1920.

Sama seperti kereta api, Stasiun kereta api di Indonesia juga terus berkembang dari masa ke masa. Karena pembangunan stasiun kereta api di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, tak heran banyak stasiun kereta api yang menggunakan arsitektur bergaya Eropa.

Menariknya, di beberapa stasiun, sampai sekarang gaya arsitektur tersebut masih dipertahankan.

Baca juga: Cara membatalkan tiket kereta api yang tak banyak orang tahu.

Salah satu yang paling kental suasana vintage-nya adalah Stasiun Tawang Semarang.

Stasiun ini didirikan oleh perusahaan kereta api swasta Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) dan dirancang oleh seorang arsitek Belanda Mr Sloth Blauwboer.

Perancangan ini didasari fakta Stasiun Samarang NIS—stasiun pertama di Indonesia— sudah tak memungkinkan lagi dioperasikan sebagai stasiun sentral NIS saat Semarang mengalami air rob.

Tampilan dalam Stasiun Tawang Semarang zaman dulu.

NIS mulai membangun stasiun kereta api baru di kampung Tawangsari pada tanggal 29 April 1911. Bangunan stasiun ini selesai dan diresmikan pada pertengahan tahun 1914 dan segera digunakan untuk menggantikan Stasiun Samarang NIS yang selalu terendam air jika Laut Jawa mengalami pasang.

Pada 1 Juni 1914, pembangunan selesai. Sesuai nama kampung tempat stasiun ini didirikan, stasiun tersebut dinamakan Stasiun (Semarang) Tawang NIS.

Pada awal pengoperasian, tidak ada rel kereta yang menghubungkan Stasiun Tawang Semarang dengan Stasiun Poncol (stasiun yang dibangun oleh perusahaan kereta api berbeda, Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij, diresmikan pada 1895). Sebab, kedua stasiun tersebut merupakan kopstation (stasiun ujung dari sebuah jalur rel kereta). Stasiun Tawang Semarang memiliki jalur kereta ke arah Solo dan Yogyakarta serta memiliki jalur khusus ke kantor NIS (sekarang menjadi Lawang Sewu), sedangkan Stasiun Poncol memiliki jalur ke arah Cirebon.

Panorama dari depan Stasiun Tawang  Semarang zaman dulu, bak di Eropa.

Selain itu, dulu Stasiun Tawang Semarang dengan Poncol adalah dua stasiun milik dua perusahaan kereta-api yang berbeda. Tawang milik NIS dan Poncol milik SCS. Kedua stasiun tersebut baru terhubung saat masa pendudukan Jepang.

Saat masa kemerdekaan, Stasiun Tawang Semarang setidaknya pernah menyelenggarakan perjalanan kereta api luar biasa (KLB) sebanyak dua kali.

Pertama, pada saat para pemuda dan pekerja kereta api di Semarang Tawang melakukan perjalanan jurusan Bandung untuk pertama kalinya. Perjalanan pada 10 September 1945 itu untuk membuktikan kepada para pimpinan Indonesia di kantor pusat Bandung bahwa perkeretaapian di seluruh Jawa Tengah sudah berhasil dikuasai Indonesia.

Baca juga: Tips memilih kursi kereta api yang nyaman saat perjalanan jarak jauh

KLB kedua terjadi pada akhir bulan Oktober 1945, yaitu saat kedatangan Presiden Soekarno bersama Sekneg Gafar Pringgodigdo di Semarang untuk perundingan gencatan ‘Pertempuran Lima Hari Semarang’. Pada peristiwa pertempuran itu sendiri, awak Stasiun Tawang Semarang dengan cekatan membantu mengungsikan 15 lokomotif kiriman dari Stasiun Poncol untuk diteruskan menuju Kedungjati.

Stasiun Tawang Semarang di masa kini tetap menampilkan sisi vintage. Foto dari akun IG @donni.koes

Meskipun dulunya Stasiun Tawang dibuat untuk dapat tetap beroperasi saat Semarang terkena rob, realitanya pada tahun-tahun selanjutnya, stasiun ini terkadang tetap terendam air rob. Hal ini dikarenakan Laut Jawa yang pasang bercampur dengan air hujan dan air limbah yang berasal dari saluran-saluran air di Kota Semarang. Oleh karena itulah, pada tahun 1998-2000, Pemerintah Kota Semarang membangun polder berupa kolam raksasa yang dilengkapi dengan pompa di depan stasiun ini.

Stasiun Tawang Semarang di masa kini. Foto dari akun IG @_budiwaluyo

Stasiun Tawang merupakan stasiun yang sangat sibuk karena hampir semua kereta penumpang yang melintasi jalur utara berhenti di sini. Hanya KA Jayabaya dan angkutan barang selain parsel ONS yang tidak berhenti di stasiun ini.

Yang menarik, bel stasiun ini menggunakan nada lagu Gambang Semarang—yang dimainkan dengan piano—untuk menandai kereta akan datang, tidak seperti stasiun kereta lainnya di Indonesia yang memakai nada Westminster Chime sebagai penanda kedatangan kereta.

Stasiun Tawang Semarang kini menjadi stasiun kereta api besar tertua di Indonesia.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU