Pengalaman Menjadi Teh Celup saat Rafting di Progo Atas, Magelang

Rafting di Progo Atas, Magelang memberi pengalaman luar biasa. Bergumul dengan jeram, teriakan intruktur serta kekompakan tim, tak akan terlupakan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Umu Umaedah

Foto dari Umu Umaedah

Menyusuri sungai kecil di depan rumah dengan menaiki ember saat hujan turun deras. Ah, itu permainan favoritsewaktu masih kecil. Sekarang, dengan gagahnya saya mengayunkan dayung bergerak depan belakang atau sebaliknya, di atas perahu karet di aliran sungai Progo atas yang deras.

Pembekalan sebelum terjun ke sungai

Ini kali pertama, saya melakukan olahraga sekaligus wisata air. Ada sedikit perasaan was-was ketika saya tak punya bekal atau ilmu apa pun di bidang ini. Hanya sekedar suka, saya pun memberanikan diri untuk mencobanya.

Kekhawatiran saya berangsur membaik ketika saya dibekali beberapa pengetahuan mendasar tentang rafting. Instruktur yang akan menjadi pemandu tim saya, telah memiliki sertifikat standar nasional. Saya merasa aman.

‘Hal yang paling penting adalah kekompakkan. Jadi, bersemangatlah!’

‘Semangat!’ serempak kami menjawab.

Hilangkan kepanikan

Perahu saya terdiri dari 7 orang dengan 5 laki-laki dan 2 perempuan. Perahu berjalan pelan di atas aliran air yang cukup tenang. Kami mulai mendayung pelan untuk mendorong gerakan perahu. Terlalu sombong, kami masih menganggap enteng permainan ini, itulah kesalahan kami.

Berjalan satu kilometer di aliran air tenang, membuat kami merasa perjalanan kami akan selalu mulus. Tapi tidak ketika jeram-jeram cukup terjal menghadang kami di depan.

‘Dayung yang kuat. Kompak kompak!’ sang instruktur memberi komando. ‘Duduk tetap di samping. Di tengah hanya untuk ibu-ibu hamil.’ Melucu di tengah suasana yang panik membuat kami menghiraukannya.

Jeram yang deras dengan batu-batu besar di samping membuat perahu yang saya tumpangi tersangkut di batu besar. Instruktur mengomandoni kami untuk segera berpindah tempat duduk untuk bisa menggerakan perahu.

Jeram pertama membuat kami yang belum siap, merasa kepayahan. Keberhasilan kami melewati tantangan pertama, adalah berkat instruktur kami yang kece. Kami sempat histeris ketika satu teman kami hanyut di jeram yang deras. Dan apesnya, teman saya membentur batu besar. Untungnya dia cukup tenang menyikapinya. Tapi punggungnya sedikit terluka.

Mungkin terlihat lucu, tapi bagi saya ini adalah penganiayaan

Melewati sungai yang kembali tenang, kami bisa sedikit rileks menikmati suasana sekitar sungai. Perahu lain menjahili kami dengan mencipratkan air. Kami pun membalas. Jadilah peperangan air antar perahu.

Tiba-tiba perahu terbalik karena keisengan sang instruktur. Rasa-rasanya saya hampir mati kehilangan napas saat bergumul di bawah perahu karet. Entah berapa kali air sungai masuk ke tenggorokan. Ketika saya berusaha tenang dan berpegangan pada pelampung, saya merasa keadaan menjadi baik. Saya mengambang di atas air.

Hal yang paling saya benci adalah ketika sang instruktur mencoba mengangkat saya untuk kembali ke perahu. Dia memperlakukan saya layaknya cucian. Ah. Bagaimana tidak? Dia mencelup, celupkan saya sampai 5 kali tanpa melihat ekspresi wajah saya yang mulai pucat. Lagi, tongkat dayung panjang yang memiliki kait mendarat di bagian belakang pelampung dan menyeret kembali masuk dalam air. Saya pasrah.

Rintangan kedua datang

Jeram kedua lebih terjal dari jeram pertama. Kami sudah siap menahlukkan jeram ini belajar dari jeram pertama dan memperkokoh kekompakkan. Berhasil. Namun, kali ini sang instruktur yang hanyut terbawa arus. Instruktur dari perahu lain mencoba membantu dengan mengulurkan tali. Ia selamat tanpa luka.

Berhati-hatilah saat perahu terlempar ke tepi. Karena di bagian tepi sungai terdapat pusaran air yang akan menjebak kita. Atau pohon-pohon yang roboh.

‘Merunduk! Lindungi wajah kalian!’

Sebuah pohon tumbang lengkap dengan ranting-rantingnya yang tajam menghadang kami ketika perahu terbawa arus kencang di tepian. Berkat helm yang aman, kepala kami selamat. Walaupun beberapa luka menggores kulit akibat ranting tajam tersebut.

 

Alam lebih hebat dari kita. Dan keselamatan adalah hal utama dari sebuah perjalanan.

Tantangan-tantangan tersebut ada untuk menguatkan saya. Membentuk diri saya untuk menjadi sosok yang tangguh. Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menghadapi setiap tantangan yang akan datang.

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU