Frekuensi Penerbangan Garuda Indonesia Denpasar - Melbourne Ditambah, Ini Penyebabnya

Tingginya frekuensi penerbangan Garuda Indonesia Denpasar - Melbourne menyesuaikan permintaan pasar. Lonjakkan kunjungan turis Australia yang berasal dari Melbourne ke Bali terjadi pada musim-musim tertentu.

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Frekuensi penerbangan Garuda Indonesia untuk rute Denpasar – Melbourne. Foto dari sini

Baca juga: Tingkat OTP Garuda Indonesia capai 90%

Per 15 Desember 2017 lalu, pesawat nasional Garuda Indonesia menambah lagi frekuensi penerbangannya dari Denpasar menuju Melbourne. Dari awalnya hanya 7 kali per Minggu, kini ditambah menjadi 8 kali penerbangan per Minggu.

Penambahan frekuensi ini sebagai jawaban atas tingginya permintaan konsumen dari Melbourne, Australia ke Denpasar, Bali dan sebaliknya. Dengan makin banyaknya frekuensi penerbangan Garuda Indonesia, harapannya makin banyak juga wisatawan yang datang ke Indonesia khususnya Bali.

Frekuensi penerbangan Garuda Indonesia Denpasar – Melbourne menyesuaikan permintaan pasar

Kami mewawancarai General Manager Garuda Indonesia area Semarang, Bobby Achmad Roesyandi. Menurutnya, meski frekuensi penerbangan Garuda Indonesia dari Denpasar ke Melbourne saat ini sudah mencapai 7 kali per minggu. Namun demikian, untuk mengantisipasi pertumbuhan pasar dan permintaan yang ada, maka frekuensi penerbangan bisa ditambah menjadi 8 kali per minggu.

Pemberlakuan penambahan frekuensi hingga 8 kali per minggu pun tetap mempertimbangkan high, peak, dan low season kunjungan turis Australia. Maskapai penerbangan bisa saja terbang 8 kali per minggu apabila terjadi lonjakan permintaan.

Biasanya, tingginya frekuensi penerbangan turis Australia yang berasal dari Melbourne ke Bali ini terjadi pada musim-musim tertentu. Peak season kunjungan turis Australia terjadi pada bulan Desember saat libur Natal dan tahun baru tiba, Januari saat libur sekolah, dan Jun – Juli saat para pelajar Australia sedang menikmati masa break season. Maka, pada masa tersebut jumlah penerbangan akan ditingkatkan.

Sebaliknya, saat low season atau pada saat moment tertentu, misalnya saat terjadi erupsi Gunung Agung, maskapai nasional Indonesia ini akan mengurangi frekuensi jumlah penerbangan. Dan, hal seperti ini tak hanya berlaku untuk Garuda Indonesia, pun maskapai penerbangan lain.

Masih menurut Bobby Achmad Roesyandi, untuk mengatasi tingginya lonjakan permintaan konsumen, Garuda Indonesia tak hanya menambahkan frekuensi penerbangan saja, pun kapasitas pesawat yang digunakan. Jika terjadi lonjakan saat memasuki peak atau pun high season, maskapai penerbangan nasional Indonesia ini akan mengganti pesawat dengan kapasitas yang lebih besar. Sehingga sangat memungkinkan untuk menampung penumpang lebih banyak lagi.

Seluruh penerbangan tersebut dilayani menggunakan pesawat Airbus 330-200/300 dengan kapasitas 287 tempat duduk, kecuali Jakarta – Perth (sebaliknya) saat ini menggunakan pesawat Boeing 737-800 NG dengan kapasitas 162 tempat duduk.

Meski permintaan penerbangan asal Australia tinggi, selama ini tingginya permintaan konsumen masih bisa diatasi. Ditambah lagi, gaya liburan turis asing yang sudah merencanakan jauh-jauh hari, jadi sudah bisa diprediksi kapan terjadinya lonjakkan penumpang.

Pemberlakuan jumlah frekuensi penerbangan Garuda Indonesia pun tergantung kebijakan kantor cabang setempat

Bandara I Gusti Ngurah Rai yang selalu ramai kunjungan wisatawan asal Australia. Foto dari sini

Baca juga: Bandara Bali Utara gagal dibangun

Namun demikian, strategi penambahan frekuensi penerbangan Garuda Indonesia dari Denpasar ke Melbourne dan sebaliknya ini menyesuaikan kebijakan masing-masing kantor cabang. Pada bulan-bulan tertentu, frekuensi penerbangan bisa dikurangi. Semua kebijakan frekuensi penerbangan Garuda Indonesia bisa diubah, sesuai dengan tactical  kantor cabang setempat.

Saat ini, Garuda Indonesia telah melayani 34 penerbangan dari Indonesia menuju Australia. Rute penerbangan tersebut meliputi Jakarta – Melbourne (sebaliknya) sebanyak empat kali dalam seminggu, Jakarta – Sydney (sebaliknya) sebanyak lima kali seminggu, Jakarta – Perth sebanyak empat kali seminggu, Denpasar – Perth sebanyak tujuh kali seminggu, Denpasar – Sydney sebanyak tujuh kali seminggu, dan Denpasar – Melbourne (sebaliknya) sebanyak tujuh hingga 8 kali seminggu.

Mayoritas pengguna maskapai penerbangan nasional Indonesia ini pun beragam. Jika rute penerbangan Garuda Indonesia dari Denpasar ke Melbourne (sebaliknya) didominasi oleh para turis asing asal Australia yang sedang liburan ke Bali, maka rute Jakarta – Melbourne sendiri lebih didominasi orang Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Australia, sedang dalam masa liburan, atau pun mengunjungi sanak keluarga.

Sedangkan pengguna maskapai penerbangan Garuda Indonesia asal Australia menuju Bali memang mayoritas dalam perjalanan liburan. Maka, tak mengherankan jika peak dan high season penggunaan maskapai Garuda Indonesia dari Australia ke Bali jatuh pada saat musim libur tiba.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU