Baru-baru ini sebuah video rombongan pelari perempuan diadang sejumlah orang sedang viral di media sosial.
Video berduasi 49 detik tersebut viral di Instagram dan Facebook.
Setelah ditelusuri, ternyata rombongan pelari perempuan tersebut diadang oleh sekumpulan orang saat sedang mengikuti kegiatan lomba lari “Running UNISA 2018” yang digelar pada hari Selasa (1/5/2018) lalu.
Jumlah peserta “Running UNISA 2018” ini sendiri diketahui sekitar 1.000 orang. Bukan hanya dari dalam negeri, peserta lari ada juga yang berasal dari luar negeri.
Dalam video yang viral, dua orang peserta sempat mendapatkan perlakukan tidak menyenangkan saat memasuki daerah perkampungan Mlagi, Kelurahan Nogotirto, Kecamatan Gamping, Sleman di mana video tersebut direkam.
Diketahui warga masyarakat melakukan tindakan pengadangan karena di kampung tersebut ada aturan lokal dimana berpakaian sopan dan menutup aurat adalah sebuah kewajiban.
Menanggapi hal ini, Camat Gamping, Abu Bakar mengatakan bahwa pantia harusnya lebih teliti lagi.
“Harusnya panitia paham kalau Mlangi itu pusatnya pesantren, banyak santri yang belajar di sana. Mlangi juga ada aturan lokal, terkait berpakaian yang sopan dan menutup aurat,” tegasnya, Sabtu (5/5/2018).
Selain karena kostum yang kurang sopan, ternyata event lari ini diketahui belum melakukan izin dan koordinasi dengan desa dan kecamatan yang dilewati oleh pelari.
“Saya dukung kalau ada lomba marathon (lagi) karena di Gamping banyak lokasi bagus. Tentu sebelumnya (panitia harus) koordinasi dengan Kades dan Camat serta Muspika. Penyelenggara juga harus menghormati aturan setempat,” urainya.
Diketahui, rute yang dilintasi peserta dalam Running UNISA 2018 ini di bawah supervisi dari Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) DIY. Rute lomba lari tersebut ada yang melewari kampung, salah satunya adalah Mlangi, kampung para santri.
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UNISA, Ruhiyana mengungkapkan, perizinan kegiatan Running UNISA 2018 sudah sesuai prosedur, sementara rute lomba lari berada dibawah supervisi PASI DIY.
“Event ini rencananya akan digelar tahunan. Tahun depan ada rencana untuk mengelar 10K,” ujarnya.
Insiden ini sendiri telah diselesaikan secara kekeluargaan. Diketahui, para pelari memang kebanyakan menggunakan pakaian ketat dan hotpant.
Sebelumnya, beberapa pelari yang mengalami insiden tersebut memutuskan untuk tidak meneruskan lomba hingga garis finish.
“Panitia menghubungi pelari dan menyampaikan permintaan maaf. Mereka juga memutuskan ambil jalan lain, tidak masuk ke kampus (finis) agar tidak menambah masalah, dan mereka meminta maaf ke panitia telah menyebabkan insiden, jadi dengan pelari kita sudah clear,” ucap Ruhiyana.