Alas Mantingan merupakan kawasan hutan yang masuk dalam Jalur Mantingan-Ngawi di selatan Pulau Jawa yang cukup ekstrim untuk dilewati. Penyebabnya tidak lain adalah kondisi jalan yang tidak baik, banyak terdapat tikungan, dan minim penerangan saat malam hari. Tak terhitung lagi jumlah korban jiwa yang meregang nyawa di lokasi ini.
Selain karena kondisi medan yang cukup ekstrim, ternyata ada hal mistis yang menyelimuti Alas Mantingan sehingga sering memakan korban. Alas Mantingan termasuk kawasan yang telah dikenal sejak Peradaban Hindu-Buddha, bahkan namanya sering disebut dalam kitab Babad Tanah Jawa.
Menurut kisah yang beredar, dahulu kala Alas Mantingan menjadi medan pertumpuran antara pasukan Raja Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit dan Raden Patah dari Kesultanan Demak. Saat itu pasukan Raja Brawijaya V kalah jumlah dengan pasukan Raden Patah yang mencapai seribu orang.
Residual energi dari aprajurit-prajurit Raja Brawijaya V yang gugur tak jarang menampakkan dirinya kepada para pengemudi yang melewati kawasan Alas Mantingan. Terdapat satu cerita tentang mobil mogok yang tiba-tiba diteror pasukan hantu dibalik pepohonan Alas Mantingan .
Cerita dimulai ketika seorang pengemudi yang akan menuju arah Ngawi dari Jogja dengan mengendari mobil baru. Namun ketika telah sampai di kawasan Alas Mantingan mobil yang masih baru tersebut tiba-tiba mogok. Kondisi jalan yang sepi semakin mencekam seiring dengan datangnya kabut yang membuat tengkuk bergidik.
Menurut kesaksian pengemudi, saat kabut menutupi jalan banyak sosok perajurit berdiri berjejer dengan kondisi tubuh hancur. Berbagai macam posenya mulai dari ngesot, berdiri pincang dengan anggota tubuh tidak lengkap, bahkan ada yang menenteng kepalanya sendiri. Melihat pemandangan tersebut dang pengemudi tak bisa berbuat banyak selain memohon perlindungan kepada sang pencipta.
Pemandangan tersebut tidak berlangsung terlalu lama. Seiring dengan hilangnya kabut, rombongan pasukan hantu turut hilang dari pandangan dan mobil pun kembali bisa dinyalakan. Dengan segera pengemudi tersebut menancap gas dalam-dalam dan segeral berlalu dari Alas Mantingan.
Pada akhir tahun 1990an hingga awal tahun 2000an banyak kesaksian dari para pengemudi malam yang melihat bus hantu berpenumpang pocong di kawasan Alas Mantingan. Penampakan bus hantu ini berwarna putih polos yang berjalan berlawanan arah dengan kendaraan lain saat jalanan sepi. Fenomena bus hantu seringkali dijumpai pada hari Selasa dan Jumat Kliwon. Diduga bus hantu ini merupakan perwujudan residual energi masa lampau dari kecelakaan bus di Alas Mantingan yang semua penumpangnya meninggal dunia.