Legenda Rawa Pening Menurut Kisah Tanah Jawa

Beberapa waktu lalu Kisah Tanah Jawa berkesempatan menyambangi Rawa Pening untuk mengungkap awal terbentuknya beserta cerita mistis yang menyertainya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Kisah Tanah Jawa merupakan channel Youtube yang digawangi oleh Om Hao seorang praktisi supranatural, Bonaventura D. Genta, serta beberapa anggota tim lainnya. Kisah Tanah Jawa menyajikan konten-konten yang mengungkap sisi sejarah, legenda, dan misteri tempat-tempat di Indonesia.

Beberapa waktu lalu Kisah Tanah Jawa berkesempatan untuk menyambangi Rawa Pening di Ambarawa untuk mengungkap awal terbentuknya beserta cerita mistis yang menyertainya. Menggunakan perahu, Om Hao dan Bonaventura D. Genta mengajak seorang pemandu wisata untuk berkeliling Rawa Pening.

Berdasarkan kisah legenda yang beredar Rawa Pening terbentuk dari muntahan air yang berasal dari bekas lidi yang dicabut oleh seorang anak sakti bernama Baru Klinting. Baru Klinting adalah seorang anak sakti mandraguna dari seorang pertapa sakti bernama Ki Hajar. Secara bahasa Baru bermakna naga, sedangkan klinting bermakna lonceng. Namanya ini sesuai dengan kemampuannya yang dapat berupah wujud menjadi naga.

Saat masih dalam kandungan Baru Klinting ditinggal oleh bapaknya untuk bertapa di Gunung Telomoyo. Setelah lahir dan beranjak dewasa Baru Klinting kemudian menyusul sang bapak yang sedang bertapa. Oleh ibunya Baru Klinting dibekali sebuah lonceng untuk memberi isyarat bahwa ia adalah anak dari bapaknya, Ki hajar.

Sesampainya di Gunung Telomoyo, Baru Klinthing bertemu dengan bapaknya, Ki Hajar. Baru Klinting pun menunjukkan lonceng dari ibunya, namun oleh Ki Hajar, Baru Klinting disuruh untuk melingkarkan tubuhnya di Gunung Telomoyo. Baru Klinting pun mengambil wujud naga untuk menuruti permintaan bapaknya ini. Karena tak sampai, Baru Klinting kemudian menjulurkan lidah naganya. Oleh ayahnya lidah ini kemudian dipotong dengan keris sakti, saat sudah terpotong lidah ini kemudian menjelma menjadi tombak bernama Tombak Baru Klinting yang terkenal sakti di Jawa.

Setelah bertemu ayahnya baru Klinting kemudian turun gunung dan bertemu warga di suatu desa yang sedang berpesta dengan memesak seekor ular raksasa. Baru Klinting saat itu merubah wujudnya menjadi anak kecil bertubuh pendek dengan penyakit kulit yang menjijikan. Karena lapar Baru Klinting meminta sedikit daging untuk dimakan, namun oleh warga ia malah diusir. Dia kemudian ditolong oleh seorang nenek dan memberinya makanan. Karena kesal Baru Klinting kemudian menancapkan sebuah lidi dan menantang warga desa untuk mencabutnya.

Setelah seluruh warga desa mencoba mencabut lidi tersebut, ternyata tak ada satu orang pun yang mampu. Baru Klinting kemudian mencabut lidi tersebut dan keluarlah air yang mengalir deras dan menenggelamkan desa. Hanya sang nenek yang menolong Baru Klinting yang berhasil selamat. Sebelumnya sang nenek sudah diberi pesan oleh Baru Klinting agar menaiki lumpang saat air mulai membanjiri desa.

Menurut Om Hao kisah tersebut adalah kisah yang mengiringi terbentuknya Rawa Pening. Secara ilmiah Rawa Pening terbentuk dari hasil pergeseran lempeng bumi sejak Zaman Plestosen. Jika dilihat secara geografis, Rawa Pening adalah cekungan terendah diantara tiga gunung yaitu Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo, dan Gunung Merbabu. Aliran air dari tiga gunung tersebut dulunya mengalir ke cekungan Rawa pening.

Selain itu Om Hao juga menuturkan bahwa saat ini ada tiga kerajaan ghaib di Rawa Pening. Pertama berada di Tengah Danau, kedua di Jembatan Kuntilanak, dan ketiga di Jembatan Kereta Api di dekat Kali Tuntang. Kerajaan ketiga menjadi yang paling sering meminta korban untuk tumbal.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU