Latoh
atau lawi-lawi merupakan salah satu spesies rumput laut yang masuk dalam
Familia Chlophyceae bernama latin Caulerpa
sp. Dibandingkan dengan spesies rumput laut Eucheuma cottoni dan Gracilaria
sp., latoh terbilang kurang populer. Biasanya latoh dikonsumsi sebagai
lalapan yang cukup diminati oleh masyarakat lokal.
Dalam
diagram klasifikasi makhluk hidup, latoh termasuk tumbuhan tingkat rendah yang
hidup dan menempel pada substrat berupa batuan karang atau pasir di lautan.
Latoh berwarna hijau dengan thallus (cabang) berbentuk lembaran, batangan,
hingga bulatan. Tidak memiliki akar, batang, maupun daun sejati. Latoh memiliki
tekstur lunak keran dan siphonous. Berkembang biak secara vegetatif dengan
penyatuan gamet, spora, dan fragmentasi thallus.
Selain
dikonsumsi, latoh sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan berbagai jenis
obat karena mengandung senyawa antibakteri, antijamur, serta zat bioaktif yang
mampu menekan tekanan darah tinggi dan tumor. Kandungan klorofil yang tinggi
memiliki manfaat sebagai antikarsinogenik. Tak hanya itu, latoh juga kaya akan
serat, selenium, dan seng yang dapat mereduksi hormon esterogen yang terlalu
tinggi sehingga menurunkan resiko kanker.
Latoh biasanya diperoleh dengan cara memanennya di lautan. Namun mengingat potensi ekonominya yang tinggi, kini latoh telah banyak dibudidayakan di wilayah-wilayah pesisir Jawa Tengah seperti Jepara dan Rembang. Proses budidaya latoh cukup mudah tanpa perlu perlakuan khusus, dapat dilakukan di tambak-tambak ikan setelah masa panen ikan telah usai.
Memiliki
cita rasa yang asin dan gurih dari air laut, latoh tidak perlu dimasak terlebih
dahulu untuk diolah menjadi suatu hidangan. Cukup dengan dicuci sampai bersih
kemudian dibilas dengan air hangat, selanjutnya tinggal ditambahkan bumbu
sesuai menu yang akan dibuat. Masyarakat lokal Jepara dan Rembang sering
mengolah latoh menjadi hidangan urap atau hanya dimakan langsung dengan sambal.
Masyarakat Bali memiliki cara berbeda mengolah latoh yaitu membuatnya menjadi rujak yang dikenal dengan Bulung Rambut. Berbeda dengan sebelumnya, latoh yang akan dibuat menjadi Bulung Rambut terlebih dahulu harus dimasak sebentar kemudian disiram dengan bumbu rujak dan kuah pindang. Terdapat juga Bulung Buni, olahan latoh khas Bali tanpa direbus yang cukup dengan disiram air panas kemudian ditambah bumbu yang dibuat dari parutan kelapa, lengkuas, jahe, serai, jeruk limau, dan taburan kacang tanah atau kedelai goreng.
Nikmati kelezatan cita rasa kuliner nusantara bersama Phinemo Marketplace. Tersedia ratusan produk wisata dari tour operator terpercaya di Indonesia. Transaksi aman tanpa perantara dengan fitur rekening bersama. Baca selengkapnya di Phinemo Marketplace.