Kontroversi Jon Krakauer Dalam Buku Into Thin Air

Jon Krakauer adalah satu dari banyaknya tokoh petualang dunia yang berhasil menginspirasi penggemar kegiatan alam bebas lewat buku-bukunya, dua di antaranya Into the Wild dan Into Thin Air.

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

“Climbing Mount Everest was the biggest mistake I’ve ever made in my life. I wish I’d never gone,” Jon Krakauer, penulis novel Into the Wild & Into the Thin Air.

Rombongan pendaki Mt. Everest, Jon Krakauer berada di barisan depan berjaket biru. Sumber foto

Jon Krakauer adalah satu dari banyaknya tokoh petualang dunia yang berhasil menginspirasi penggemar kegiatan alam bebas lewat buku-bukunya.

Di Indonesia sendiri, nama Jon Krakauer mungkin tak setenar Norman Edwin apalagi Soe Hok Gie. Tak banyak yang tahu siapakah Jon Krakauer ini.

Baca juga: Sosok inspiratif Norman Edwin, pendaki pertama Indonesia yang gaungkan ekspedisi seven summit

Jon Krakauer adalah seorang penulis asal Amerika yang lahir pada 1954. Kecintaannya pada pendakian dan kegiatan alam bebas menuruni kegemaran ayahnya. Dia sudah dikenalkan dunia pendakian oleh sang ayah sejak umur 8 tahun. Hingga menginjak bangku perkuliahan pun, Jon Krakauer masih menyukai pendakian.

Pengalaman pendakiannya selalu diabadikan dalam coretan tangannya. Hingga suatu waktu, usai lulus dari perguruan tinggi di Hampshire College, Krakauer menghabiskan waktu tiga minggu seorang diri di padang gurun Stikine Icecap, Alaska, Amerika Serikat. Dia memenuhi impianya untuk mendaki Thumb Devils, puncak bebatuan granit yang dikenal dengan medan yang ekstrem. Konon, hanya pendaki-pendaki profesional yang sanggup menggapai Thumb Devils ini, dan Jon Krakauer salah satunya.

Semua pengalaman perjalanan menegangkan selama di Stikine Icecap ditulisnya dalam buku berjudul Eiger Dreams, Ventures Among Men and Mountains. Selain itu, pengalaman menggapai Thumb Devils seorang diri pun dituliskan dalam buku Into the Wild pada chapter 14-15.

Pengalaman yang tertuang dalam tulisan telah menginspirasi banyak orang untuk melangkah lebih jauh lagi. Seperti salah satu kepingan paragraf dalam buku Into the Wild yang telah menginspirasi banyak orang ini,

Buatlah perubahan dalam hidupmu dan mulailah melakukan hal-hal yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Jangan ragu untuk mencoba. Karena begitu banyak orang yang hidup dalam ketidakbahagiaan namun tak pernah berani untuk mengubah keadaanya. Mereka terus saja hidup dalam kenyamanan yang seolah memberikan ketenangan, nyatanya pilihan tersebut malah bisa merusak semangat seseorang untuk menggapai masa depan. Sesungguhnya, kebahagian hidup berasal dari pengalaman baru. Dengan demikian, setiap hari kita akan memiliki matahari dan hidup yang baru – Jon Krakauer, Into the Wild-

Sebelum menjadi seorang penulis hebat seperti sekarang ini, Jon Krakauer dulunya adalah seorang penulis part time di mana separoh waktunya dihabiskan untuk menjadi seorang nelayan dan tukang kayu. Namun, sejak 1983, dia memutuskan untuk menjadi full time writer untuk tulisan-tulisan pendakian dan kegiatan petualangan di alam bebas.

Hasil tulisannya mayoritas berasal dari pengalaman pendakiannya sendiri. Dia menuangkannya dalam bentuk artikel lalu mengirimkannya ke media-media seperti National Geographic, Magazine, Smithsonian, dan Rollingstone.

Baca juga: pemenang foto kontes National Geographic

Puncak ketenaran Jon Krakauer sebagai penulis kegiatan outdoor berawal ketika dia bertugas sebagai jurnalis di salah satu majalah outdoor terkemuka di Amerika Serikat, Outside. Saat itu dia ditugaskan untuk lakukan ekspedisi di Puncak Everest pada tahun 1996.

Jake Gylenhall, Michael Kelly, dan Josh Brolin dalam film Everest. Sumber foto

Pendakiannya ke Puncak Everest dipimpin oleh Rob Hall. Naas, pendakiannya kala itu membawa petaka. Empat rekan Kraukauer termasuk pemimpinnya Rob Hall tewas saat diterpa badai salju saat dalam perjalanan turun kembali dari puncak.

Pendakian yang merenggut banyak nyawa dan termasuk dalam salah satu pendakian Gunung Everest paling mematikan sepanjang masa ini membuat Jon Krakauer alami trauma PTSD (Post-traumatic stress disorder).

Menurut Krakauer, Everest tak seperti gunung-gunung lainnya. Gunung di Nepal ini sangatlah berbahaya. Mengutip kalimat Krakauer di Huffington Post dalam artikel berjudul “Jon Krakauer Says Climbing Mount Everest Was The ‘Biggest Mistake’ Of His Life”, 

“I’m the last person should tell people not to do crazy s**t, but think twice about it,”

Kejadian naas tersebut dituliskan dalam buku berjudul Into Thin Air pada tahun 1997. Sayang, buku yang diterbitkannya ini ternyata menimbulkan konstroversi dan polemik antara saksi hidup tragedi Everest 1996.

Dalam buku tersebut, Krakauer menuliskan bahwa pemandu asal Rusia, Kazakhstani Anatoli Boukreev yang berada satu rombongan dengan Jon Krakauer namun berbeda tim pendakian, tidak membawa oksigen tambahan saat naik puncak. Krakauer menganggap bahwa Anatoli mengabaikan kepentingan klien.

Dia juga menulis bahwa Anatoli turun dari puncak beberapa jam di depan kliennya, dan ini adalah perilaku yang sangat tidak patut ditiru.

Meski tulisan Krakauer dalam menggambarkan Anatoli saat kejadian naas tersebut terkesan negatif, namun, Krakauer menambahkan catatan positif bagaimana Anatoli terlihat sangat heroik dan tak kenal lelah dalam melakukan usaha penyelamatan korban yang hilang setibanya di basecamp Everest.

Sayangnya, apa yang dituliskan oleh Jon Krakauer membuat Anatoli merasak terpojok. Karena terusudutkan oleh pernyataan Krakauer, Anatoli bersama G. Weston DeWalt menuliskan fakta yang terjadi dalam bencana Everest 1996 dari sudut pandang mereka dalam buku berjudul The Climb.

Dan, semenjak penerbitan buku Into Thin Air dan The Climb, DeWalt, Boukreev, dan Krakauer terlibat dalam ketidaksepakatan mengenai penggambaran Krakauer tentang Anatoli.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU