Tak banyak yang tahu, apa itu Komunitas Balangga. Tapi, siapa sangka, nama komunitas yang masih asing di telinga wisatawan ini memiliki peran besar dalam mengembangkan pariwisata, khususnya pariwisata di Kabupaten Semarang.
Tahun 2016 silam, sebanyak 2004183 wisatawan kunjunggi Kabupaten Semarang di mana sejumlah 1980259 merupakan turis domestik dan 23924 adalah turis asing. Data tersebut merupakan update data terbaru yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang.
Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Semarang di tahun 2016 mengalami peningkatan yang cukup signifikan mengingat tahun sebelumnya jumlah wisatawan yang datang tak mencapai kepala 2, tepatnya di angka 1671806.
Kesuksesan ini bukan semata-mata karena mulai banyak bermunculannya destinasi wisata baru Kabupaten Semarang, namun juga peran komunitas-komunitas di kawasan Kabupaten Semarang seperti Balangga.
Rabu (22/3), kami berkesempatan untuk berbincang banyak dengan para punggawa Balangga. Sebelum membahas apa yang dilakukan Balangga, mari kita mengenal lebih dekat Balangga.
Apa itu Balangga?
“Balangga artinya pasukan utama di mana komunitas ini hadir untuk memajukan dan mengembangkan pariwisata Kabupaten Semarang di mana para anggotanya merupakan para pasukan utama di berbagai sektor pariwisata seperti hotel, umkm, destinasi wisata, dan dinas pariwisata,” tutur Rengga Bayu Inggil, Ketua Komunitas Balangga sekaligus Manager Pemasaran dan Penjualan di Susan Spa and Resort.
Balangga merupakan suatu komunitas yang hadir dengan semangat memajukan dan mengembangkan pariwisata Kabupaten Semarang di mana para anggotanya merupakan pasukan utama di berbagai sektor pariwisata seperti hotel, UMKM, destinasi wisata, dan dinas pariwisata. Saat ini, total terdapat 13 pelaku wisata yang turut menggerakan komunitas ini seperti Susan Spa and Resort, The Wujil Resort and Conventions, Balemong Resort, Joglo Hills Villa, Tlogo Tuntang Resort, Banaran Resort, UMKM Batik Gemawang, Umbul Sidomukti Group, UMKM oleh-oleh khas Semarang.
Kegiatan utama yang dilakukan komunitas ini memang menarik untuk ditelisik. Salah satu contoh kegiatannya adalah menawarkan kenyamanan lengkap dengan cara menyediakan apa yang dibutuhkan wisatawan saat liburan.
Sebagai penggambaran nyatanya, setiap wisatawan yang ingin liburan ke Kabupaten Bandungan tak perlu lagi memikirkan bagaimana cara mengeksplor tempat wisata di sana, di mana harus membeli oleh-oleh, di mana harus makan malam enak, karena semua telah disediakan para Komunitas Balangga.
Komunitas ini akan menyediakan segala hal yang dibutuhkan wisatawan. Jadi, semisal ada wisatawan yang sedang bermalam di Susan Spa dan ingin menjelajah ke berbagai tempat wisata sekitar, komunitas Balangga ini akan mengarahkan wisatawan untuk berkunjung ke tempat wisata di sekitar yang merupakan anggota Komunitas Balangga.
Sederhananya, apapun yang dibutuhkan wisatawan untuk mengeksplor pariwisata Kab Semarang akan disediakan komunitas ini. Syaratnya dengan bermalam di hotel anggota Balangga atau menghubungi komunitas ini.
Selain itu, Balangga pun rutin mengadakan kegiatan Table Top di mana pada kegiatan ini para anggota Balangga menjual produk yang dimiliki seperti kamar hotel, restoran, spa, wisata, dan oleh-oleh kepada para travel agen. Tentunya dengan harga yang jauh lebih murah. Table Top ini kemudian dimanfaatkan oleh para travel agen untuk menciptakan paket perjalanan keliling Kabupaten Semarang yang lengkap dan akan puas pastinya.
Misalnya paket perjalanan 2days1night keliling Bandungan. Wisatawan akan memperoleh pengalaman bermalam di Susan Spa and Resort, nikmati sajian kelezatan kuliner di Balemong, sedangkan untuk destinasi wisata bisa mengunjungi Umbul Sidomukti.
Kerennya, dana operasional yang digunakan untuk melakukan segala aktivitas di komunitas ini berasal dari kantong pribadi di mana setiap anggotanya ikut iuran bersama.
“Dana yang kami dapatkan murni dari hasil iuran para anggota. Bahkan, kami pun juga menarik iuran Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang yang merupakan anggota komunitas ini. Soal nominal, kami tak bisa menyebutkan berapa per bulannya. Yang jelas, bisa menutup segala kebutuhan pengeluaran kami,” tutur Director of Sales The Wujil Convention and Resort sekaligus kepala bidang pemasaran Balangga, Fatchurizal Murdiansah.
Namun, sangat disayangkan, kiprah komunitas ini kurang mendapatkan dukungan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang. Setidaknya seperti itulah yang disampaikan Ketua Balangga,
“Kalau dibilang tidak mendapatkan dukungan sih enggak, tapi memang dukungan yang diberikan Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang ini masih kurang,” jelas Rengga Bayu Inggil
Di lain pihak, saat tim Phinemo menemui Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, Dewi Pramuningsih mengatakan,
“Saat ini bentuk dukungan yang dilakukan oleh Dinpar Kab. Semarang terhadap keberadaan komunitas-komunitas di Kab. Semarang adalah dengan rutin menjalin tali silaturahmi di mana di sana terdapat kerjasama untuk mendukung satu sama lain. Salah satu contoh kegiatan sebagai bentuk dukungan Dinpar Kab. Semarang ini adalah dengan mengadakan pertemuan rutin dengan komunitas Balangga, UMKM, Desa Wisata dan para pegiat wisata lainnya setiap sebulan sekali untuk berdiskusi mendukung pariwisata Kab. Semarang.”
Memang pada konteks hubungan Komunitas Balangga dan Pemerintah Dinas Pariwisata Kab. Semarang bukannya tidak mendapatkan dukungan. Namun, dukungan tersebut masih sangat minim. Jika sudah demikian, sudah seharusnya pemerintah bekerjasama saling bahu membahu dengan komunitas untuk merealisasikan ide-ide brilian demi mengembangkan pariwisata.
Seperti wacana Komunitas Balangga tahun depan misalnya. Komunitas yang beranggotakan para stake holders bisnis wisata ini memilliki ide untuk membangun shuttle yang menghubungkan destinasi satu ke destinasi lain di kawasan daerah wisata Bandungan, Semarang. Akses untuk mengeksplor kawasan wisata Bandungan Semarang memang masih sedikit menyulitkan wisatawan khususnya mereka yang jalan-jalan tanpa kendaraan pribadi.
Dari dasar masalah itu lah muncul ide untuk membangun shuttle yang bisa mengantar wisatawan kunjungi beberapa titik penting misalnya ke tempat wisata, pusat oleh-oleh, hotel, dan sebagainya.
Diskusi tanpa aksi hanya akan menjadi wacana-wacana kosong. Dibutuhkan kerjasama serius antara pihak Dinas Pariwisata dan Komunitas Balangga untuk mewujudkan ide menjadi nyata.
Balangga hanyalah satu dari sekian banyak komunitas pegiat wisata yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Harapan terdalam dari seluruh komunitas pegiat wisata, pemerintah bisa bersatupadu bersama seluruh pegiat wisata wujudkan pariwisata Indonesia lebih maju.