Kenapa Orang Jawa Dibenci Masyarakat Luar Pulau Jawa? Ini Alasannya

Kenapa orang jawa dibenci dan mendapatkan stigma negatif dari masyarakat di luar Pulau Jawa? Mereka iri karena merasa seperti anak tiri di negeri sendiri.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Tidak bisa dipungkiri, lahir di Pulau Jawa dan hidup sebagai Suku Jawa di Indonesia merupakan suatu privilage tersendiri. Mungkin Pulau Jawa tak memiliki pesisir seindah Papua atau Bali, dan hutan hujan tropis seperti Kalimantan, namun Pulau Jawa merupakan pusat peradaban di Indonesia. Berbagai infrastruktur dan fasilitas telah tersedia lengkap di sini.

Pembangunan di Indonesia tidak merata, sangat jelas terlihat ketimpangan antara Pulau Jawa dengan daerah lain. Tak heran jika orang jawa seringkali mendapatkan stigma negatif dari masyarakat etnis lain di luar Pulau Jawa. Mereka iri karena merasa seperti anak tiri di negerinya sendiri. Selain itu, migran dari Jawa juga seringkali lebih sukses dalam menjalankan usaha di tanah rantau daripada masyarakat lokal.

Kecemburuan sosial seperti ini pun tidak bisa disalahkan karena memang itulah yang sebenarnya terjadi. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik yang begitu masif di Pulau Jawa sangat berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di luar Jawa. Sekadar akses jalan dari pedalaman menuju kota di sejumlah daerah bahkan banyak yang tidak bisa dilewati.

Kenapa Orang Jawa Dibenci?

Alasan pemerintah membangun banyak infrastruktur dan fasilitas publik di Pulau Jawa adalah karena menjadi pusat pemerintahan yang tentunya akan mendapatkan sorotan dunia. Pulau Jawa akan dianggap representasi Indonesia, sehingga terciptalah kota-kota metropolitan seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Kondisi ini tentu tidak bisa menjadi alasan untuk mengesampingkan pembangunan di daerah lain.

Jika di pulau Jawa setiap daerah terhubung oleh jalur-jalur kereta api dan jalan tol, di luar Jawa sama sekali tidak ada. Akses berupa jalan aspal saja tidak ada. Setiap hujan turun, banyak jalan penghubung menjadi sangat berlumpur yang bahkan dilewati oleh manusia saja tak bisa. Kalaupun ada Infrastruktur dan fasilitas publik di luar Jawa, levelnya jauh berbeda.

Meskipun alam di luar Jawa melimpah dengan hasil hutan dan tambang, namun realitanya masyarakat lokal sama sekali tidak kecipratan sedikitpun dari kekayaan itu. Hidup mereka sangat sederhana meskipun hidup di tanah yang makmur. Banyak yang beranggapan bahwa muara dari hasil bumi tersebut berada di Pulau Jawa. Mengingat pusat perekonomian dan bisnis ada di Pulau Jawa, anggapan itu memang tidak salah.

Selain B.J. Habibie, semua kepala negara di Indonesia berasal dari Suku Jawa. Hal ini menciptakan sebuah kesan bahwa dominasi orang-orang Jawa begitu kuat di Indonesia. B.J. Habibie pun tidak bisa sepenuhnya dibilang sebagai seorang presiden karena ditunjuk langsung oleh Soeharto, tidak melalui proses pemilu secara langsung oleh seluruh rakyat Indonesia.

Hidup di Jawa memang lebih enak, itu fakta yang tidak terelakkan lagi. Biaya hidupnya lebih rendah, memiliki akses mudah, dan dekat dengan fasilitas pelayanan publik. Tidak heran jika masyarakat luar Jawa banyak yang merasa iri. Beras dan kebutuhan pokok di luar pulau Jawa memang jauh lebih mahal karena tingginya biaya distribusi. Belum lagi, persoalan infrastruktur dan fasilitas publik yang tidak memadai.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU