Bukan rahasia lagi jika Pantai Selatan Jawa merupakan salah satu wilayah berbahaya yang setiap tahun menelan korban jiwa. Tak sedikit masyarakat yang kemudian mengasosiasikan kejadian ini dengan mistis, tentang Ratu Pantai Selatan yang meminta tumbal. Tidak banyak diketahui, ternyata ombak besar dan mematikan di Pantai Selatan, ada penjelasan ilmiahnya.
Pertama dari skala besar-kecilnya ombak. Ombak atau gelombang di lautan biasa terbentuk dari angin. Faktor yang mempengaruhi besarnya ombak yaitu kecepatan angin (v), durasi angin (t), dan area pembangkitan ombak (fetch). Alasan kenapa ombak di Pantai Selatan dan Pantai Utara berbeda disebabkan karena perbedaan pada area pembangkitan gelombang (fetch).
Di Pantai Utara, ada Pulau Kalimantan yang membatasi area pembangkitan gelombang (fetch), jarak antara Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan sebesar 300-500 km. Sedangkan di Pantai Selatan, daratan paling dekat adalah Benua Australia yang berjarak sekitar 1.500-an km. Bahkan jika ditarik dari D.I. Yogyakarta menuju Australia, jaraknya bisa mencapai 6.000 km.
Hampir setiap orang yang ditelan ombak Pantai Selatan, tidak ditemukan jasadnya hingga berhari-hari setelahnya. Sebenarnya kejadian semacam ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Wisatawan berenang di pantai yang tenang lalu tiba-tiba terseret ombak ke tengah laut disebabkan karena Rip Current alias arus pecah atau arus balik yang sangat berbahaya dan mematikan.
Berdasarkan laporan dari usla.org, sekitar 100 orang tewas setiap tahunnya di Amerika Serikat akibat Rip Current. Menurut NOAA yang dikutip dari Jurnal Oseanografi tahun 2015, Ri Current dapat didefinisikan sebagai arus yang bergerak dari pantai menuju laut yang terjadi harian dan dibangun oleh hubungan antara gelombang datang dan kondisi morfologi pantai.
Secara sederhana, Rip Current adalah arus pantulan dari gelombang laut yang menghempas pantai. Arus ini bertemu di satu titik kemudian kembali ke laut melalui arus yang sempit, jalur aliran ini luasnya hanya 9 meter. Kecepatan arus balik juga sangat besar, bisa mencapai 8 km/jam dengan panjang mencapai 700 meter. Sangat kuat untuk menyeret tubuh manusia.
Kebetulan pantai-pantai di area selatan Pulau Jawa, terutama Yogyakarta memiliki morfologi yang mendukung untuk membentuk Rip Current. Arus ini datang tiba-tiba, tidak dapat diprediksi. Ciri-ciri Rip Current cenderung lebih tenang dibanding gelombang menuju pantai. Air di dalam arus ini pun lebih keruh dari arus di sekitarnya karena membawa material pantai.
Seseorang yang terjebak dalam arus Rip Current akan sangat sulit untuk keluar dari area tersebut. Terlebih jika dalam kondisi panik. Kecepatan arus yang besar membuat berenang melawannya begitu menguras tenaga. Badan Cuaca Nasional AS (NWS) memberikan langkah-langkah pertama untuk menyelamatkan diri untuk keluar dari area maut Rip Current.
Langkah pertama yang perlu dilakukan saat berada di area Rip Current adalah jangan berenang lawan arus, sebisa mungkin untuk tidak panik dan tetap tenang. Tunggulah hingga arus Rip Current melemah, kemudian coba berenang secara paralel ke arah kiri atau kanan dengan menumpang gelombang menuju pantai. Lambaikan tangan untuk minta pertolongan.