Gunung Merapi yang berlokasi di perbatasan D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah kembali mengalami erupsi pada Minggu (17/11/2019) sekitar pukul 10.46 WIB. Laporan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan bahwa letusan Gunung Merapi menghasilkan tinggi kolom abu mencapai 1.000 meter dengan durasi 155 detik dan amplitudo maksimum 70 mm.
Berdasarkan pengamatan BPPTKG pada Minggu pukul 00.00-06.00 WIB diketahui terdapat tujuh kali gempa guguran di Gunung Merapi dengan amplitudo 2-10 mm selama 17.6-21.52 detik, dua gempa hybrid dengan amplitudo 2 mm selama 6.72-7.2 detik, dua gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 44-65 mm selama 11.56-16.16 detik, dan satu kali gempa vulkanik dengan amplitudo selama 8.88 detik.
Erupsi di Gunung Merapi masih terus berlangsung secara periodik sejak statusnya ditingkatkan menjadi Level II atau Waspada pada 21 Mei 2018 lalu. Tidak ada satupun pihak yang dapat memastikan kapan waktunya Gunung Merapi akan benar-benar berhenti erupsi, termasuk BPPTKG.
Kepala BPPTKG, Humaida menjelaskan erupsi serta aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang berkepanjangan disebabkan karena kecilnya suplai magma di dalam perut gunung. Hal itulah mengapa terkadang dijumpai gunung berapi yang erupsi dalam skala besar namun hanya sekali waktu, terdapat juga gunung berapi yang mengalami erupsi secara perlahan namun membutuhkan waktu yang panjang seperti Gunung Merapi.
Jalur pendakian Gunung Merapi ditutup sejak erupsi pada 14 Oktober 2019 lalu sekitar pukul 16.30 WIB. Pihak BPPTKG menghimbau pengunjung maupun pendaki untuk tidak mendekati jarak bahaya 3 km dari puncak Merapi. Meskipun aktivitas pendakian masih ditutup hingga sekarang, terdapat beberapa aktivitas lain yang bisa dilakukan.
