Fakta Tongkonan, Rumah Adat Tana Toraja

Sebagai manusia yang hidup di era modern mungkin Kamu nggak akan percaya dengan fakta menarik Tongkonan, rumah adat Tana Toraja ini.

SHARE :

Ditulis Oleh: Wike Sulistiarmi

Dari masa ke masa, dunia makin berubah, adat-istiadat pun semakin ditinggalkan, namun bukan bagi suku Toraja. Suku yang mendiami daerah pegunungan di Kabupaten Tana Toraja ini masih mempertahankan gaya hidup yang khas yang menurut ilmu pengetahuan menganut gaya hidup Austronesia dengan rumah adat Tongkonan yang sampai sekarang masih dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Apa yang menarik dari Rumah Adat Tana Toraja?

CC Flickr 2.0 Sergey

1. Tongkonan memiliki makna yang dalam bagi suku Toraja

Tongkonan berasal dari kara “tongkon” yang memiliki arti “duduk”. Fungsi tongkonan sendiri merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan, dan strata sosial dalam elemen suku Toraja. Kepemilikan tongkonan sendiri bukan dimiliki secara pribadi atau perorangan, karena tongkonan merupakan warisan nenek moyang yang hanya diwariskan secara turun-temurun oleh marga suku Toraja.

Bagian dalam rumah sendiri dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian selatan, tengah, dan utara yang memiliki fungsi masing-masing. Bagian selatan untuk kepala keluarga, bagian tengah untuk pertemuan kelarga, dapur, tempat makan dan tempat meletakkan orang mati, serta bagian utara untuk ruang tamu, tempat meletakkan sesaji dan juga tempat tidur anak-anak. Filosofi pembagian ruang ini tidak boleh dilanggar, karena dipercaya menyebabkan petaka.

2. Setiap Tongkonan dihiasi tanduk kerbau yang melambangkan kemampuan ekonomi setiap keluarga

CC Flickr 2.0 Kars Alfrink

Setiap rumah di Tana Toraja memiliki ornamen tanduk kerbau di depannya, ornamen tanduk kerbau melambangkan kemampuan ekonomi sang pemilik rumah.  Tanduk kerbau ini dikumpulkan dan disusun memanjang ke atas.

Setiap upacara adat di Tana Toraja pasti menggunakan kerbau sebagai hewan kurbanya. Harga kerbau bule Tedong Bonga sendiri sangat mahal. Jadi semakin sering pemilik rumah mengadakan upacara adat, berarti keluarga tersebut memiliki perekonomian yang baik.

3. Warna ukiran di dinding Tongkonan memiliki makna tersendiri bagi Suku Toraja

CC Flickr 2.0 Arian Zwegers

Tongkonan memiliki ukiran berwarna pada dinding-dindingnya. Ukiran-ukiran ini menggunakan 4 dasar warna, yaitu hitam, merah, putih, dan kuning.

Bagi masyarakat Toraja, warna ini memiliki makna tersendiri, warna hitam sendiri merupakan lambang kematian atau duka, wana merah melambangkan kehidupan, warna kuning melambangkan kekuasaan Tuhan, dan putih melambangkan kesucian.

4. Anggota keluarga yang meninggal di Tana Toraja tidak langsung dikuburkan, tapi disimpan di Tongkonan

CC Flickr 2.0 Arian Zwegers

Sebelum dikuburkan, anggota keluargayang meninggal di Tana Toraja harus melakukan upacara penyempurnaan kematian. Upacara kematian sendiri untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang meninggal menuju keabadian bersama para leluhur. Sebelum disemayamkan, jenazah orang meninggal disimpan di Tongkonan sebelum prosesi penguburan.

Sebelum disimpan di lumbung, jenazah orang meninggal ini dibalsem agar tetap awet. Tiang-tiangnya rumah adat Tana Toraja dibuat dari batang pohon palem yang licin sehingga tikus tidak naik ke lumbung.

Sebelum memindahkan jenazah untuk disemayamkan, butuh biaya yang sangat banyak. Bahkan upacara ini lebih mirip pesta karena melibatkan seluruh warga.

Dalam upacara ini, pihak keluarga harus membungkus jenazah, lalu membubuhkan ornamen benang emas dan perak pada peti jenazah, lalu penurunan jenazah dari lumbung untuk disemayamkan ke peristirahatan terkahir. Dalam rangkaian upacara pihak keluarga juga melakukan atraksi budaya, seperti adu kerbau, pentas musik dan tarian Toraja, hingga penyembelihan kerbau bule Tedong Bonga yang harganya mencapai 50 jutaan per ekor.

Semua jenazah harus mengikuti serangkaian prosesi ini karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal jika seluruh prosesi upacara ini sudah digenapi.

***

Sebagai manusia yang hidup di era berteknologi tinggi mungkin kamu nggak akan percaya dengan hal-hal ini. Tapi, kenyataannya adat Toraja masih memegang prinsip dari nenek moyang.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU