Fakta Mengerikan Tentang Petaka Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan

Tumpahan minyak di Teluk Balikpapan menjadi petaka yang mengerikan. Lima orang meninggal, seekor pesut ditemukan mati berlumur minyak, 300 kilogram kepiting mati gagal dipanen warga, lingkungan laut tercemar, rantai perekonomian terputus untuk jangka waktu yang belum ditentukan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Ratusan barel minyak mentah yang berasal dari kilang minyak Pertamina, tumpah dan mencemari Teluk Balikpapan pada akhir Maret lalu. Dampaknya sangat fatal. Lima orang tewas karena terbakar tumpahan minyak. Satu ekor pesut ditemukan mati dalam keadaan berlumuran minyak.

Tumpahan minyak di Teluk Balikpapan menjadi petaka mengerikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Foto dari sini

Lebih buruk lagi, dampak jangka panjang yang diakibatkan tumpahan minyak mentah ke laut tersebut bisa saja memutus rantai perekonomian masyarakat.

Tragedi ini mengingatkan kita pada kasus serupa yang terjadi pada tahun 2004. Saat itu, minyak mentah milik perusahaan Total E & P Ind tumpah di perairan Balikpapan. Akibatnya, dalam kurun waktu yang cukup lama, nelayan tak bisa lagi melaut mencari ikan.

Baca juga: Fakta Film 127 Hours, Banyak Penonton yang Pingsan Saat Lihat Film Ini!

Kebocoran minyak mentah milik Pertamina ini dianggap lebih parah. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Siti Nurbaya mengatakan tumpahan minyak di Teluk Balikpapan mencapai 69,3 meter kubik atau sekitar 400 barel.

Makin buruk, wilayah yang terkontaminasi ratusan barel minyak mentah tersebut mengalami perluasan akibat arus dan gelombang laut. Melansir dari Tempo.co, wilayah yang tercemar minyak mencapai 200 kilometer persegi atau sekitar 20.000 hektare.

Satu ekor pesut ditemukan tak bernyawa dan 300 kilogram kepiting budidaya warga mati terpapar minyak

Seekor pesut ditemukan mati akibat tumpahan minyak di Teluk Balikpapan. Foto dari sini

Jika dilihat dari sisi kerusakan lingkungan, tumpahan minyak ini pun sudah pasti merusak dan mengancam habitat hewan laut. Mongabay menyebutkan mamalia laut yang mendiami perairan Teluk Balikpapan seperti dugong, pesut, lumba-lumba hidung botol, dan lumba-lumba sirip belakang akan terancam keberadaannya.

Satu bukti nyata, warga setempat menemukan seekor pesut laut yang mati berlumur minyak. Kematian pesut tersebut diduga karena kehabisan napas akibat tubuhnya yang tertutup minyak.

Menurut pengakuan warga setempat, 300 kilogram kepiting mati karena terendam minyak. Ikan-ikan pun mati.

Tak hanya itu saja, tumpahan minyak juga mempengaruhi pertumbuhan mangrove di sekitar pantai, terumbu karang, dan lamaun. Selain itu, habitat burung seperti burung camar dan bangau yang selama ini memangsa ikan di laut pun akan terancam.

Rusaknya lingkungan laut menyebabkan terputusnya rantai perekonomian yang entah untuk berapa lama

Seluruh area terkontaminasi tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, akibatnya masyarakat tak bisa melaut. Foto dari sini

 

Menurut Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Timur, Fathur Roziqin Fen, kebocoran minyak pipa pertamina ini berdampak pada rusaknya budidaya kepiting. Dengan demikian, masyarakat sekitar yang mengandalkan pencaharian dengan melaut dan juga budidaya kepiting akan mengalami kerugian besar.

Hal ini tentu akan memutus rantai perekonomian masyarakat dalam kurun waktu yan tak singkat. Nelayan kehilangan pekerjaan dan mengalami penurunan pendapatan.

Baca juga: Masjid Istiqlal Jakarta, Simbol Kebhinekaan di Indonesia

Kebocoran minyak mentah di Teluk Balikpapan telah memakan korban dan juga mengganggu kesehatan masyarakat sekitar

Kebakaran minyak menyebabkan kepulan asap hitam membumbung tinggi dan korban jiwa. Foto dari sini

Total, terdapat 5 korban jiwa yang meninggal akibat kebakaran minyak mentah itu. Lainnya, sekitar 20 orang dinyatakan luka-luka.

Dampak lainnya, kebocoran ratusan barel minyak mentah ke laut pun sangat merugikan. Masyarakat yang tinggal di sekitar Teluk Balikpapan mengalami masalah kesehatan. Mereka mengaku mual dan pusing karena bau minyak mentah yang menyengat.

Destinasi wisata yang berada di sekitar kawasan Teluk Balikpapan pun akan kehilangan wisatawan

Lokasi tumpahnya minyak di Teluk Balikpapan dari atas citra satelit. Foto dari sini

Tumpahan minyak di Teluk Balikpapan pun juga akan mendatangkan kerugian di sektor pariwisata Balikpapan. Seperti yang diketahui, tak jauh dari Teluk Balikpapan terdapat objek wisata Pantai Nipah-Nipah dan Tanjung Jumlai di Kabupaten Penajam Paser Utara. Jika destinasi wisata tersebut terkontaminasi, wisatawan tak akan datang.

Tak adanya wisatawan yang datang dalam kurun waktu yang tak tahu sampai kapan akan mendatangkan kerugian untuk pemerintah dan juga para pelaku bisnis wisata di Balikpapan.

Siapa yang harus bertanggungjawab atas tragedi mengerikan ini?

Melansir dari CNN Indonesia, saat ini Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) telah mendesak pertamina untuk bertanggungjawab atas pencemaran lingkungan yang terjadi akibat tumpahan minyak di Teluk Balikpapan termasuk masyarakat setempat yang telah menjadi korban dari tragedi ini.

Pertamina terbukti harus bertanggungjawab setelah pihak kepolisian melakukan penyelidikan mendalam terkait kasus ini. Melansir dari CNN, hasil investigasi yang dilakukan pihak kepolisian menemukan bahwa kepulan asap tersebut bersumber dari minyak pipa baja Pertamina yang patah di kedalaman 20 meter dari permukaan laut. Pipa tersebut menjalar dari Lawe-Lawe, Kabupaten Penajam Paser Utara menuju Balikpapan.

Di sisi lain, pihak pertamina mengklaim sedang melakukan perbaikan pada pipa baja yang bocor tersebut. Pertamina juga sudah membereskan permasalahan pencemaran minyak di kawasan Teluk Balikpapan. Namun, ceceran minyak tumpah itu masih ditemukan di banyak titik perairan teluk dan daerah aliran sungai yang menjorok ke laut.

Hingga berita ini dituliskan, belum ada pernyataan berapa kerugian yang dialami Pertamina terkait kebocoran minyak mentah di Teluk Balikpapan ini.

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU