Beberapa orang bilang, Wae Rebo adalah desa misterius di Nusa Tenggara Timur. Letaknya yang terpencil menjadi salah satu alasan mengapa sebutan itu muncul. Padahal sebetulnya, tidak se-misterius itu.
Ada beberapa fakta unik dan menarik dari Desa Wae Rebo yang membuat banyak wisatawan ingin datang ke desa ini.
Baca juga: 7 persiapan yang harus dilakukan jika ingin ke Wae Rebo.
Berikut ini fakta unik dan menarik Desa Wae Rebo:
Di Indonesia terdapat 5 desa yang terletak di atas ketinggian 1.000 mdpl, salah satunya adalah Desa Wae Rebo. Desa ini terletak di ketinggian 1.200 mdpl. Dengan ketinggian ini, setiap paginya, Wae Rebo selalu dihiasi dengan kabut tipis.
Untuk bisa sampai ke perkampungan ini, wisatawan harus trekking 2-3 jam dengan medan yang cukup sulit.
Desa Wae Rebo memiliki rumah adat yang diberi nama Mbaru Niang. Uniknya, rumah utamanya hanya berjumlah 7 saja. Setiap rumah dihuni enam hingga delapan keluarga.
Rumah adat ini berbentuk kerucut dan memiliki 5 lantai dengan tinggi sekitar 5 meter beratap daun lontar dan ditutup dengan ijuk. Setiap lantai rumah Mbaru Niang memiliki fungsi yang berbeda. Tingkat pertama untuk tempat tinggal dan berkumpul dengan keluarga, tingkat kedua untuk menyimpan bahan makanan, tingkat ketiga untuk menyimpan benih pangan, tingkat kelima untuk menyimpan stok pangan saat kekeringan, dan tingkat kelima untuk tempat persembahan leluhur.
Pada tahun 2012, Desa Wae Rebo dinobatkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO. Rumah adat Mbaru Niang dianggap sangat langka dan ada di Wae Rebo yang terpencil di atas pegunungan.
Kampung Wae Rebo mendapatkan penghargaan tertinggi kategori konservasi warisan budaya UNESCO Asia-Pasifik dan menjadi salah satu kandidat peraih Penghargaan Aga Khan untuk arsitektur pada tahun 2013.
Baca juga jalur terindah di Indonesia Timur yang jarang orang tahu.
Meskipun masyarakat Wae Rebo selalu dihampiri oleh para wisatawan dari berbagai penjuru dunia namun warga masyarakatnya tak lantas beralih menjadi seorang guide. Justru mereka memilih menjalani kehidupan seperti biasa seperti bertani dan menenun.
Kopi adalah hasil tani yang kini banyak diminati oleh wisatawan. Biji kopi yang dikeringkan dan siproses dengan cara tradisional sering menjadi buah tangan wisatawan yang datang. Begitupun hasil tenun para wanita di sana.
Baca juga: Tempat Romantis di Indonesia Timur untuk Prewedding
Masyarakat Wae Rebo memiliki hari spesial setiap tahunnya di bulan November, namanya Upacara Adat Penti. Upacara adat ini merupakan ungkapan syukur atas panen setahun lalu dan permohonan perlindungan keharmonisan untuk kehidupan yang akan datang.
Pada upacara Adat Penti ini seluruh masyarakat akan berpakaian adat lengkap sesuai kebiasaan turun-temurun. Pada upacara Adar Penti ini biasanya akan ada beberapa ritual unik yang biasanya menjadi salah satu hal yang menjadi alasan mengapa wisatawan datang ke Wae Rebo.
Meskipun terpencil, jangan pernah lupa bahwa Wae Rebo juga bagian dari Indonesia. Saat hari kemerdekaan, selalu ada upacara untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia.
Uniknya, saat upacara bendera, warga Wae Rebo memasang bendera Indonesia di atas rumah adat bukan di tiang bendera. Untuk memasangnya, beberapa orang harus ikut andil agar sang bendera berdiri kokoh.
Kita semua tahu bahwa Wae Rebo adalah sebuah perkampungan yang berada di Manggarai Barat, NTT. Tapi warga desa mengungkapkan bahwa mereka adalah keturunan orang-orang dari Tanah Minang.
Nenek Moyang masyarakat Wae Rebo bernama Empo Maro. Ia berasal dari Minangkabau, Sumatera. Dikisahkan bahwa ia dan keluarganya berlayar dari Sumatera ke Labuan Bajo. Empo Maro tidak langsung menemukan tempat tinggal yang kini menjadi tempat suku Wae Rebo tapi beberapa kali pindah dari Waraloka, Mangapa’ang, Todo, Papo, Liho, Mofo, Golo Pondo, Ndara, Golo Pando, Golo Damu, dan akhirnya menetap permanen di Wae Rebo di mana sekarang keturunannya tinggal.