Jalan-jalan ke Semarang kurang lengkap rasanya bila tidak mampir ke Klenteng Sam Poo Kong. Klenteng petilasan Laksamana Tiongkok Cheng Ho ini dibangun dengan megah, begitu artistik, dan sangat cocok untuk berfoto-foto. Namun, tahukah kamu bahwa Sam Poo Kong tidak hanya keren untuk berfoto-foto tapi juga menyimpan banyak hal keren yang tidak kamu sangka.
Banyak orang yang datang ke klenteng untuk berziarah atau bersembahyang. Mereka menganggap Cheng Ho adalah seorang dewa. Padahal, Laksamana Cheng Ho sendiri merupakan umat muslim. Hal ini bisa dimaklumi karena bagi umat tau atau kong hu cu, arwah orang yang telah meninggal bisa memberikan pertolongan kepada mereka.
Inilah keunikan Sam Poo Kong. Bangunan bersejarah megah yang menyimpan unsur islam dalam kebudayaan Tiongkok.
Cheng Ho memimpin 62 kapal megah dan melakukan pelayaran dari Suzhou menuju Champa, Palembang, Jawa, Srilangka, Kalikut (India). Cheng Ho datangan untuk menyebarkan virus perdamaian.
Laksamana Cheng Ho merapat di pantai utara Jawa yang kini bernama Semarang. Setibanya di Semarang, Laksamana Cheng Ho berlindung pada sebuah gua dan mendirikan masjid. Kini, masjid tersebut beralih fungsi sebagai kelenteng yang difungsikan sebagai tempat bersembahyang.
Saat berkunjung ke Sam Poo Kong, kamu bisa datang mengunjungi petilasan Kiai Djangkar. Di dalam petilasan terdaoat jangkar milik kapal Cheng Ho yang telah berusia 611 tahun. Karena jangkar kapal tersebut dianggap keramat, banyak warga yang datang untuk berziarah dan bersembahyang.
Menurut juru kunci, Kiai Tumpeng adalah juru masak kapal Cheng Ho. Kiai Tumpeng dianggap telah banyak berjasa kepada Cheng Ho. Maka dari itu, masyarakat datang mendoakan dan menghormati makam Kiai Tumpeng.
Entah siapa nama asli Kiai Tumpeng, namun karena juru masak Cheng Ho terbiasa membuat tumpeng, jadilah warga sekitar menyebutnya dengan Mbah Tumpeng atau Kiai Tumpeng
Sayangnya, juru kunci Sam Poo Kong kurang tahu nama ilmiah pohon tersebut. Bapak Sukendar, juru kunci, hanya menyebut pohon yang berbentuk seperti rantai itu dengan nama Pohon Rantai. Yang konon usianya sekitar 611 tahun.
Di bagian bawah relief terdapat inskripsi yang tertuliskan dalam 3 bahasa, Inggris, China, dan Bahasa. Menurut inskripsi tersebut, Laksamana Cheng Ho telah mengunjungi Semarang sebanyak dua kali. Pada tahun 1401 dan 1416 SM.
***
Klenteng Sam Poo Kong merupakan bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki ragam keyakinan. Uniknya, meski berbeda-beda, masyarakat Indonesia bisa hidup rukun berdampingan.