Jumat (11/5), sekitar pukul 07.45 WIB, Gunung Merapi mengeluarkan asap tebal di udara.
Gunung Merapi memuntahkan asap tebal dan debu panas dengan letusan freatik. BPPTKG menyampaikan bahwa kondisi kawah Merapi teramati asap putih tebal dengan tekanan lemah dengan status aktivitas Normal.
Masyarakat pun diimbau untuk tetap tenang dan tidak panik dengan berita yang berlebihan.
Gunung Merapi sendiri merupakan salah satu gunung di tanah Jawa yang cukup berbahaya. Apalagi setelah meletusnya gunung aktif ini pada tahun 2010 lalu hingga menyebabkan banyak korban berjatuhan.
Ada beberapa fakta Gunung Merapi yang hingga kini tak banyak diketahui orang. Mulai dari fakta geografis, letusan hingga fakta tentang cerita mitosnya.
Gunung Merapi memiliki siklus letusan sekitar lima tahun. Gunung ini meletus terakhir pada tahun 2010, di mana sang juru kunci Mbah Maridjan turut menjadi korbannya.
Erupsi 2010 juga menjadi erupsi terparah yang pernah dialami Gunung Merapi. Sebelumnya gunung ini pernah meletus pada tahun 1998, 2001 – 2003 serta 2006.
Lereng sisi selatan Gunung Merapi berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan sisanya masuk dalam kawasan Jawa Tengah. Sisi barat Merapi masuk dalam wilayah Kabupaten Magelang, sisi utara dan timur masuk ke Kabupaten Boyolali serta sisi tenggaranya di kawasan Kabupaten Sleman.
Tahun 2004 silam, kawasan hutan di sekitar puncak resmi masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.
Kegiatan pendakian Gunung Merapi sebenarnya tidak dilarang, namun hanya boleh sampai di Pasar Bubrah saja. Itu artinya pendaki dilarang naik hingga ke area puncak. Pihak pengelola telah memasang papan larangan di area Pasar Bubrah, namun sayangnya masih banyak pendaki yang melanggar aturan tersebut.
Puncak tertinggi Gunung Merapi berada di Puncak Garuda. Namun saat ini keberadaan Puncak Garuda sudah tidak bisa ditemukan lagi. Hal ini karena Puncak Garuda turut tergerus saat terjadinya erupsi Merapi tahun 2010 lalu.
Saat ini area puncak tertinggi ada di Puncak Tusuk Gigi, yang kerap kali dianggap sebagai Puncak Garuda. Padahal keduanya berbeda.
Fakta penting yang harus diperhatikan pendaki adalah tidak adanya sumber mata air di sepanjang jalur pendakian Gunung Merapi. Artinya pendaki harus menyiapkan air lebih banyak dari basecamp, terutama jika ingin camping di atas.