Gempa Lombok 5 Agustus 2018 berkekuatan 7 Skala Richter (SR) telah mengguncang kawasan Lombok Utara dan sekitarnya. Bahkan, kekuatan gempa tersebut terasa hingga Pacitan, Jawa Timur. Akibatnya, puluhan orang dinyatakan meninggal dunia, ratusan orang luka-luka, bangunan roboh rusak terguncang gempa.
Berikut ini kami rangkum fakta-fakta lain terkait Gempa Lombok 5 Agustus 2018:
Gempa Lombok Utara yang terjadi pada 18.46 ini semula berkekuatan 6,8 SR. Pihak BMKG pun menginformasikan bila gempa tak berpotensi tsunami. Namun, beberapa saat kemudian, BMKG menyatakan bila Gempa Lombok 5 Agustus 2018 berkekuatan 7 SR dan berpotensi tsunami.
Dan benar saja, setelah diawali gempa berkekuatan 7 SR, BKMG melaporkan adanya tsunami dengan ketinggian 10 dan 13 cm. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyatakan maksimum ketinggian tsunami mencapai 0,5 meter.
Usai Gempa Lombok 5 Agustus 2018 dengan kekuatan 7 SR, terjadi gempa susulan sebanyak 124 kali.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo menambahkan, ribuan orang mengungsi, puluhan meninggal, dan ratusan luka-luka. Kerusakan terparah dialami Lombok Utara, Kota Mataram, dan Lombok Timur.
Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi berkekuatan 7 SR di Lombok, NTB, bertambah menjadi 91 orang. Sedangkan total 209 orang mengalami luka-luka di mana kota yang terdampak gempa paling parah ada di Lombok Utara (72 orang meninggal dan 64 orang luka), Mataram (4 orang meninggal, 63 luka berat, dan 8 luka ringan). Sisanya berasal dari Lombok Timur dan Lombok Tengah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan ada 1.000 turis yang dievakuasi dari Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat, pascagempa 7 skala Richter (SR). Mereka dievakuasi menggunakan tiga kapal.
Bandara Lombok Praya dan Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali terdampak gempa 7 skala Richter (SR). Namun tidak ada kerusakan pada fasilitas sisi udara atau airside.
Sebagian orang yang sedang mengunjungi Kota Mataram memilih tidak menginap di kamar hotel yang sudah mereka sewa. Mereka bermalam tanah lapang terbuka bersama dengan warga lainnya. Bahkan, pengelola hotel malah meminta para tamu untuk tidur di luar bangunan.