Tak semua bisnis di sektor industri pariwisata terpuruk akibat pandemi Covid-19. Berdasarkan survei Desa Wisata Institute menunjukkan bahwa desa wisata di Indonesia relatif lebih tangguh bertahan di masa pandemi Covid-19 dibadingkan jenis wisata lainnya. Kekuatan desa wisata adalah masyarakat tidak kehilangan pekerjaan utama sebagai uapaya bertahan.
Desa wisata merupakan bisnis yang potensial di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang. Selain lebih tangguh, desa wisata mempunyai peluang besar menjadi tren baru. Sejak dunia dirundung pandemi Covid-19, tren berwisata telah bergeser dengan lebih mengutamakan keamanan serta kesehatan. Kriteria ini cocok dengan potensi desa wisata di Indonesia.
Baca juga: 7 Desa Adat di Indonesia yang Telah Mendunia
Sebanyak 89,6% masyarakat di desa wisata memiliki pekerjaan pokok di luar pariwisata, seperti petani, pekerja swasta, hingga pengrajin. Sehingga jika desa wisata tutup dan tak beroperasi, mereka akan tetap memperoleh pemasukan di luar pariwisata. Keunggulan ini mengindikasikan karakter mandiri yang telah lama dimiliki oleh masyarakat di kawasan desa wisata.
Seperti destinasi wisata lain, di masa awal pandemi Covid-19, desa wisata Nglanggeran di Yogyakarta juga ditutup. Meski begitu, Desa Nglanggeran tetap teguh bertahan karena memiliki usaha, strategi, serta langkah unik. Salah satunya menyiapkan paket wisata digital, bertajuk Virtual Tour Desa Wisata Nglanggeran berupa kegiatan wisata atau jalan-jalan secara daring.
Baca juga: Gunung Api Purba Nglanggeran dalam Lagu Banyu Langit
Masyarakat di Desa Nglanggeran yang biasa menemani wisatawan sebagai pemandu atau berjualan suvenir kembali ke profesi lamanya yaitu petani. Penutupan desa wisata pun dapat dimanfaatkan menjadi momentum yang tepat untuk mengistirahatkan desa wisata, khususnya yang berbasis alam. Sementara itu, pengelola harus mempersiapkan strategi setelah pandemi.