Menilik Budaya Perayaan 1 Muharram di Aceh

Perayaan 1 Muharram di Aceh begitu kental dengan ragam kegiatan yang meriah namun tetap menjaga esensinya untuk bersyukur kepada Tuhan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Astrid S

Provinsi paling barat di Republik Indonesia, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, dikenal dengan kulturnya yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Hal ini tak dapat dipungkiri karena jika dilihat dari sejarahnya, Aceh menjadi daerah pertama yang menjadi tempat berlabuhnya agama Islam di Indonesia serta menjadi pusat persebaran Islam ke Nusantara.

Maka tak heran jika provinsi ini mendapat julukan Serambi Mekkah hingga kini. Seluruh perayaan Islam yang diadakan di Aceh selalu digelar dengan meriah, salah satunya perayaan 1 Muharram.

Baca Juga: Sisi Lain Museum Tsunami Aceh yang Tak Banyak Diketahui Wisatawan

Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriyah, atau kalender yang biasa digunakan oleh umat Islam dan perhitungannya berdasarkan peredaran bulan. Namun, di Aceh, bulan ini dikenal dengan nama Buleun Asan Asen yang didasari dari peringatan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Husein bin Ali, yang wafat saat berperang di Padang Karbakala, Irak pada tanggal 10 Muharram 61 Hijriah (681 M). Maka dari itu, biasanya perayaan 1 Muharram akan dilakukan hingga tanggal 10 Muharram, atau biasa dikenal dengan Hari Asyura.

Tak hanya itu, bulan Muharram juga dianggap sebagai bulan yang penting bagi umat Islam karena pada bulan tersebut, terdapat kejadian-kejadian penting yang dialami oleh para nabi berdasarkan cerita dalam kitab suci Al-Qur’an, mulai dari diturunkannya Nabi Adam ke bumi hingga hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.

Maka diharapkan umat Islam mensyukuri dan merenungi segala kejadian-kejadian tersebut pada bulan ini, salah satunya dengan melakukan Puasa Asyura, puasa sunah (tidak wajib dilakukan namun tetap dianjurkan) yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram untuk menghapus dosa setahun sebelumnya.

Bubur Khanji Acura: Ungkapan Syukur Kepada Tuhan dengan Bubur Manis

Perayaan 1 Muharram di Aceh dengan memasak bubur khanji. Bubur Khanji Acura selalu dimasak pada bulan Muharram untuk dibagi-bagikan ke masyarakat. (Foto: medanbisnisdaily.com)

Dalam memeringati bulan pertama hijriyah ini, masyarakat Aceh melakukan ragam kegiatan yang meriah namun tetap menjaga esensinya untuk bersyukur kepada Tuhan. Salah satu hal yang menjadi ciri khas perayaan 1 Muharram di Aceh adalah adanya bubur khanji acura atau juga dikenal dengan bubur kanji asyura.

Bubur ini terbuat dari tepung kanji yang dimasak dengan jagung, ketela, ubi, pisang, berbagai jenis kacang, nangka, daun pandan, dan santan, sehingga rasanya manis.

Dikatakan bahwa tradisi membuat bubur khanji acura berasal dari cerita Nabi Nuh, nabi yang dikenal membuat bahtera atau perahu besar untuk menghindari banjir bandang. Saat Nabi Nuh dan pengikutnya selamat dari banjir dan berlabuh di sebuah gunung, Nabi Nuh mengucap syukur kepada Tuhan dengan membuat bubur yang dimasak dengan menggunakan biji-bijian dan bahan makanan lain yang ditemukan di dalam bahtera.

Baca Juga: Hanya di Aceh Besar, Para Lelaki Memasak Kuah Beulangong untuk Berbuka

Biasanya bubur ini dimasak di tanah lapang menggunakan tunggu besar dan nantinya akan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang telah melakukan Puasa Asyura. Tak hanya itu, bubur ini juga diberikan kepada orang-orang tak mampu sebagai rasa syukur kepada Tuhan.

Tradisi perayaan 1 Muharram di Aceh khususnya dilakukan untuk mendekatkan diri dan bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan selama ini. Namun, budaya ini juga bisa menjadi fondasi bagi keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia bagi kesatuannya.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU