Bukan hal baru bagi Indonesia, warisan budaya dan adat tradisinya diakui oleh negara lain. Kantor berita China, China Xinhua News, baru-baru ini telah memicu perdebatan di media sosial setelah dalam akun twitter mengklaim batik sebagai kerajinan tradisional asli China. Dalam video yang berdurasi 49 detik, China Xinhua News menyebut “batik adalah kerajinan tradisional yang umumnya dilakukan oleh etnis minoritas di China.”
Sontak unggahan tersebut langsung menyulut sentimen negatif warganet Indonesia. Tapi belum sampai 24 jam, akun twitter China Xinhua News mengklarifikasi unggahan sebelumnya dengan mengatakan bahwa batik memang berasal dan asli dari Indonesia. Namun teknik yang digunakan mirip dengan kerajinan tradisional asal China dan bagian dunia lainnya. Batik yang disebut sebelumnya merujuk pada teknik pembuatan.
Kelompok seniman batik yang berbasis di Inggris dan Irlandia, The Batik Guild, menjelaskan batik adalah kerajinan yang telah ada selama berabad-abad lalu. Batik pertama terlacak di kawasan Asia Tengah, Timur Tengah, dan India pada 2.000 tahun lalu. Batik diduga menyebar dari Asia ke Nusantara melalui rute karavan. Setiap negara atau wilayah memiliki pola motif yang berbeda dengan mengangkat kearifan lokal masing-masing.
Jika batik merujuk pada teknik pembuatan, China memiliki sejarah panjang produksi batik sejak abad ke-6. Tidak dipungkiri sampai sekarang pun, batik masih diproduksi oleh beberapa etnis minoritas di Provinsi Guizhou, wilayah barat daya China. Masyarakat China dari etnis Miao, Bouyei, dan Geija menggunakan metode merintang warna yang berbeda dari Cina Han. Bahkan etnis Miao memiliki pola tersendiri yang khas.
Berdasarkan penjelasan tersbut, lantas apakah teknik merintang warna menggunakan alat berupa canting atau sejenisnya dan lilin boleh disebut batik, meskipun itu berasal dari negara lain?
Kepada Tempo, 13 Juli 2020 lalu, Widhyasmaramurti seorang Dosen Sastra daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia mencoba menjawab pertanyaan ini. Batik adalah teknik merintang warna menggunakan lilin dengan cap maupun canting. Jika mengacu pada SNI Nomor 08-1239-1989, batik yaitu tekstil dengan pewarnaan menurut corak khas Indonesia dengan lilin batik sebagai zat perintang. Terminologi batik berasal dari Bahasa Jawa di era Jawa Baru.
Tidak hanya China, teknik batik juga dilakukan di Jepang, Afrika, India, Eropa, bahkan Australia. Jika merujuk pada teknik pembuatan setiap negara mungkin memiliki proses pengolahan tekstil yang hampir sama. Namun karena identik dengan Indonesia, terminologi batik mengacu kepada Indonesia. Mungkin dahulu China memiliki istilah sendiri untuk menyebut kain bermotifnya, namun karena terminologi batik sudah mendunia karena pengakuan UNESCO mereka menggunakan batik.
Teknik batik di Indonesia dan China sama, sama-sama menggunakan lilin dan canting. Tetapi karena alat dan motifnya berbeda, bisa disebut itu bukanlah batik Indonesia, melainkan batik China. Bisa disebut batik selama dilakukan dengan teknik perintang warna menggunakan lilin. Batik itu khas menggunakan lilin, canting, atau cap. Di luar teknik tersebut, misalnya printing atau sablon, tidak bisa disebut sebagai batik.
Sebelum China, Malaysia sempat juga mengklaim batik sebagai budaya dan warisan dari leluhurnya. Sebenarnya sah-sah saja, asalkan motif dari batik Malaysia berbeda dengan batik nusantara yang secara sah telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia Tak Benda oleh UNESCO.
Sejarah batik berkaitan erat dengan perkembangan Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa, kemudian terus berkembang hingga era Kesultanan Mataram, lalu dilanjutkan Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Batik meluas di Indonesia pada akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19. Batik yang dikenal saat itu hanya batik tulis, batik cap baru dikenal pada awal abad ke-20 setelah Perang Dunia I berakhir .
Kesenian batik pada awalnya adalah kebudayaan keluarga kerajaan di Indonesia yang terbatas di dalam keraton saja. Kala itu, batik hanya dipakai oleh para raja dan pembesar. Namun karena banyak pembesar yang tinggal di luar keraton, maka kesenian batik ini turut pula dibawa keluar. Lama-kelamaan kesenian batik banyak ditiru olah rakyat jelata dan terus meluas hingga menjadi pekerjaan kaum wanita mengisi waktu luang.