Seperti kita tahu, Tradisi Songkran atau perang air terkenal sebagai festival hits Thailand. Saat diadakan, akan ada puluhan ribu orang turun ke jalan dan menyemprotkan air ramai-ramai. Namun, tahukah Anda ternyata Bali juga memiliki perayaan ‘songkran’ sejak zaman nenek moyang.
Perayaan ‘Songkran’ di Bali biasa disebut dengan Tradisi Siat Yeh. Ini merupakan tradisi dari Desa Banjar Teba, sebuah desa yang masuk dalam Kelurahan Jimbaran, Kuta Selatan.
Perang Air Siat Yen adalah tradisi yang penuh arti. Ini merupakan sebuah bentuk pembersihan diri dari hal-hal negatif yang sudah terjadi pada tahun sebelumnya agar di tahun baru tidak menimpa mereka lagi. Tak heran jika biasanya mereka para warga desa merayakannya pada tahun baru Masehi, 1 Janiari.
Semua warga desa keluar berhamburan dengan membawa ember dan gayung. Sembari memakai baju adat dan kain, semua orang akan saling menyiramkan air, perwujudan pemusnahan energi negatif dari tubuh. Muda mudi, pria wanita, dan orangtua datang berhamburan memenuhi jalanan, kecuali Lansia dan bayi.
Sebelum memulai Tradisi Perang Air atau Siat Yeh, biasanya penduduk Banjar Teba akan menggelar persembahyangan bersama di catus pata Desa Pekraman adat Suwat dipimpin oleh lima orang Jro Mangku. Warga yang mengikuti tradisi ini pun khusyuk dalam runtutan ritual.
Setiap tahunnya, tradisi perang air makin banyak diikuti. Bukan hanya warga desa, namun juga wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Mereka bergembira menyambut Siat Yeh ini.
Bagi Anda yang hanya ingin memotret keseruan tradisi ini lebih baik cari tempat aman agar tidak terciprat oleh air karena biasanya masyarakat setempat akan menyiram semua orang sebagai tanda do’a untuk menghilangkan energi negatif.
Anda tertarik untuk mengikutinya? Rencanakan mulai sekarang ya biar bisa sekalian traveling keliling Bali. Berikut ini rekomendasi hotel mudah di Bali tapi instagenik yang bisa Anda tinggali: Rekomendasi Hostel Murah di Bali dengan Tarif Di Bawah Rp50 ribu