Pantai Palabuhanratu kembali jadi sorotan. Seorang wisatawan, Nining Sunarsih (52), yang telah dinyatakan hilang sejak awal 2017 silam, kini ditemukan selamat. Lokasinya pun sama seperti ketika ia dikabarkan hilang di sekitar pesisir pantai.
Berbagai asumsi dan tanda tanya seketika timbul. Tak sedikit kemudian yang mengaitkan peristiwa tersebut dan kejadian-kejadian serupa dengan mitos masyarakat mengenai laut selatan Jawa. Namun, benarkah demikian?
Musibah yang terjadi di Pantai Palabuhanratu tentu susah dijelaskan nalar bila dikaitkan dengan sosok supranatural yang selama ini membenak di masyarakat. Namun, secara ilmiah, peristiwa-peristiwa tersebut sebenarnya dapat dijelaskan melalui teori tentang kondisi dan karakteristik oseanografis
Yudi Wahyudin dalam makalah “Karakteristik Sumberdaya Pesisir dan Laut Kawasan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat” menjelaskan bahwa karakteristik umum oseanografi pantai selatan Jawa Barat adalah kondisi Samudera Indonesia dengan ciri berombak besar, batimetri laut dalam, dan tinggi gelombang dapat mencapai lebih dari tiga meter.
Keadaan arus pada perairan dipengaruhi oleh pasang-surut, angin, densitas serta pengaruh masukan air dari muara sungai. Begitu pula dengan gelombang di perairan tersebut.
Melansir Tirto.id, Pantai Palabuhanratu memiliki gelombang yang lebih tinggi daripada Indramayu. Saat musim barat, tinggi gelombang di Pelabuhan Ratu mencapai 0,45-1,55 meter, dan di musim timur mencapai 0,4-1,58 meter.
Sementara di Indramayu, tinggi gelombang pada musim barat hanya 0,02-0,75 meter, dan di musim timur lebih kecil lagi yaitu hanya 0,008-063 meter.
Gelombang tinggi dan ombak besar di pesisir selatan Jawa termasuk Palabuhanratu disebabkan pantai selatan Jawa berbatasan langsung dengan laut lepas (Samudera Hindia).
Ada tiga faktor pemicu terjadinya ombak: arus pasang-surut, angin pantai, dan pergeseran massa batuan di dasar samudera.
Bentuk morfologi dasar laut di sejumlah lokasi pantai selatan juga sangat memungkinkan terjadinya empasan gelombang dahsyat ke pantai yang sekaligus memicu terjadinya arus seretan.
Arus balik atau arus seret adalah arus yang dibentuk oleh pergerakan air yang relatif cepat yang mendesak keluar dan kembali ke tengah laut, dan terjadi hanya beberapa menit.
Arus inilah yang paling sering mencelakakan para wisatawan yang tengah berenang di pantai dan tak jarang kurang waspada sehingga berenang terlalu menjauhi garis pantai, sehingga akhirnya terseret ke tengah laut dan tenggelam.