New Zealand, salah satu destinasi yang sampai sekarang masih menjadi mimpi bagi saya. Harga tiket pesawat yang masih terhitung mahal, dan juga partner jalan yang selalu tidak punya timing pas membuat rencana perjalanan ke New Zealand selalu batal.
Namun, sebuah penemuan tempat -secara tak sengaja- bernama Grafika Cikole, saat saya, suami dan seorang kawan berkeliling Lembang, Jawa Barat, sedikit mengobati hasrat berkunjung ke New Zealand. Sepintas dari luar tempat itu nampak seperti restoran biasa, biasa saja. Sebuah bilboard besar bergambar pondok-pondok berbukit yang dikelilingi pohon-pohon pinus-lah yang menarik perhatian kami. Penasaran dengan foto deretan pohon pinus itu, akhirnya kami memutuskan turun.
Kami berjalan menyusuri jalan setapak yang terletak dekat restoran menuju ke arah dalam lokasi Grafika Cikole. Begitu melihat suasana di dalam, saya sempat diam. Ini Hobbiton-nya Indonesia!
Hobbiton adalah salah satu destinasi andalan New Zealand yang terletak di Matamata, North Island. Dulunya hobbiton bernama Alexander Farm, sebuah peternakan biasa. Namun keindahan alamnya yang luar biasa membuat Peter Jackson, director film Lord of the Rings, memilihnya menjadi Hobbiton, desa para hobbit, tokoh imajiner di filmnya. Alexander Farm yang awalnya peternakan domba lalu dibenahi mulai Maret 1999. Beberapa penambahan dan rekonstruksi dilakukan untuk terciptanya Hobbiton yang sesuai angan-angan. Tiga puluh tujuh lubang Hobbit dibuat acak pada bukit-bukitnya. Dedaunan buatan diimpor langsung dari Taiwan untuk diubah jadi pohon mati. Sementara lanskap hijaunya tak diubah sama sekali. Di pintu masuknya, terdapat tulisan Hobbiton dengan patung Hobbit raksasa di sampingnya. Dari sini, lanskap bebukitan yang hijau akan langsung menyergap sudut mata. Cerobong-cerobong asap rumah Hobbit menyembul dari permukaan tanah. Lokasinya yang berada di dataran tinggi membawa semilir angin yang terasa sejuk di kulit. Berada di sini, Anda pasti akan bersahabat dengan cahaya matahari.
Begitupun dengan tempat ini. Meski tak ada lubang-lubang rumah hobbit, namun suasana lanskap tempat ini begitu mirip dengna Hobbiton. Deretan pohon pinus yang menjulang tinggi, udaranya sejuk, serta cahaya matahari yang terkadang mengintip menerobos lewat celah-celah pohon pinus, bagi saya sangat mirip dengan hobbiton yang saya lihat di film Lord of the Rings.
Pondok-Pondok Kayu yang menarik perhatian
Kami betah berlama-lama di sini. Saat melempar pandangan ke sekeliling, ada yang menarik perhatian saya. Ada pondok-pondok terbuat dari kayu, yang sepintas nampak seperti rumah hobbit. Penasaran, saya sempat mengintip bagian dalam pondok. Ternyata pondok kayu ini muat hingga 6 orang. Ada 3 ranjang berukuran untuk 2 orang yang berjajar, serta sebuah kamar mandi. Di beberapa kamar ada yang memiliki balkon dengan pemandangan tanah-tanah berbukit yang dikelilingi pohon-pohon pinus.
Yang menarik adalah setiap pengunjung yang menginap diberikan kayu bakar. Kayu bakar ini dapat digunakan pengunjung yang ingin bebakaran di tempat yang telah disediakan di depan pondok.
Selain pondok-pondok, di Grafika Cikole juga terdapat tenda-tenda yang disediakan bagi pengunjung yang ingin camping.
Bersantai di Tengah Pohon-Pohon Pinus
Area ini dikelilingi dengan pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi, hal ini membuat area ini terasa sejuk dan asri meskipun saat kami berkunjung matahari sedang terik-teriknya. Di tempat ini tersedia beragam sarana wisata bagi pengunjung, seperti outbound, paintball, serta pendopo luas untuk bersantai dengan keluarga. Kita bisa memilih beragam tempat untuk bersantai di lokasi ini, ada pendopo yang berada di tengah hutan pinus, maupun saung-saung lesehan. Tempat ini cocok apabila berkunjung bersama keluarga dan teman-teman.
***
Saya begitu puas dengan ‘penemuan’ tak sengaja ini. Tak menyangka ada tempat yang mirip Hobbiton di Lembang. Saya anggap kunjungan ini adalah survey awal, karena saya, suami, dan teman saya berencana akan datang kembali suatu saat, mungkin harus menginap di pondok kayu agar bisa benar-benar menikmati tempat itu. Dan yang jelas, kunjungan ini bisa sedikit mengobati rasa ingin tahu saya terhadap New Zealand.