Sedang berlibur atau merencanakan liburan di Jogja? Coba luangkan waktu sejenak untuk mengunjungi kota kecil yang sejuk di sebelah utaranya: Magelang.
Magelang menawarkan beberapa spot menarik untuk melihat sunrise. Spot yang paling terkenal adalah Candi Borobudur. Sayangnya, untuk melihat sunrise dari Candi Budha ini, pengunjung harus merogoh kocek hingga ratusan ribu. Namun jangan khawatir, ada tiga tempat di Magelang yang bisa digunakan untuk menelanjangi sunrise dengan biaya murah sampai yang gratis di sekitar candi peninggalan Samaratungga ini. Yang menarik dari matahari terbit jika dilihat dari tiga tempat ini adalah munculnya bola emas yang eksotis dari balik Gunung Merapi dan Merbabu. Di mana sajakah itu?
Sejak 2010-an tempat ini sudah terdengar gaungnya dan menjadi tujuan fotografer dan para pemburu matahari terbit. Tapi hingga kini masih saja banyak teman yang bertanya bagaimana eksotisme dan di mana letaknya. Baiklah, mari kita ‘berjalan-jalan’ sebentar dengan jalur yang mudah dijangkau.
Adzan subuh baru saja usai berkumandang ketika saya sampai di depan kawasan wisata Candi Borobudur. Saya pun mencari masjid untuk menunaikan kewajiban sholat sebelum melanjutkan perjalanan menuju Punthuk Setumbu yang tak jauh dari kawasan ini.
Bukankah aturan dibuat untuk ditaati? Jangan berani meremehkan aturan pendakian atau kau akan menanggung akibatnya. Baca cerita selengkapnya mengenai pendakian Merapi di sini.
Terletak di Dusun Kurahan, Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Punthuk Setumbu cukup mudah dijangkau dengan menggunakan kendaraan bermotor. Karena saya sudah berada di depan kawasan Taman Wisata Candi Borobudur, saya pun mengambil jalur ke kiri arah pintu masuk Hotel Manohara, atau biasa disebut Pintu 7 Candi Borobudur. Setelah menemui perempatan pertama, saya belok ke kanan untuk mencapai bukit dengan ketinggian sekitar 400 meter di atas permukaan laut ini.
Butuh sedikit perjuangan untuk bisa menikmati sunrise di Punthuk Setumbu, karena kendaraan hanya bisa diparkir di ujung dusun. Setelah memarkirkan kendaraan, saya buru-buru membayar biaya masuk sebesar lima belas ribu rupiah, lalu menyalakan senter dan berjalan sekitar 15 menit menaiki bukit, mumpung langit masih gelap. Cukup melelahkan memang, apalagi ada beberapa jalur dengan kemiringan cukup tajam ketika hampir sampai puncak bukit. Tapi jangan khawatir, jika cuaca sedang semringah, kamu tak hanya disuguhi pemandangan spektakuler berupa bola api yang muncul dari balik Gunung Merapi dan Merbabu, tetapi juga pemandangan Candi Borobudur yang seolah menggantung di antara kabut.
Di lain kesempatan, hasrat saya untuk menelanjangi sunrise di kota ini kembali bergolak. Kali ini tujuan saya adalah Pos Mati, yang letaknya juga di sekitar Candi Borobudur.
Hampir sama dengan Punthuk Setumbu, jalur yang dilewati untuk mencapai Pos Mati bisa juga melewati Pintu 7 Candi Borobudur. Bedanya, untuk menuju Punthuk Setumbu kita harus belok kanan jika sudah menemui perempatan pertama, sedangkan menuju Pos Mati ini kita harus jalan terus sampai menemukan perempatan ke dua. Di perempatan itu kita harus belok kanan dan melajukan kendaraan sampai di Dusun Kalitengah, Desa Giritengah. Perlu sedikit perjuangan juga untuk mencapai Pos Mati dengan berjalan kaki menaiki bukit tempat melihat sunrise di sana. Oh ya, di sini tidak ditarik biaya sama sekali alias gratis!
Pendakian Merbabu memberi banyak pelajaran berharga bagi salah satu kontributor Phinemo, Fransisca Arnoldi. Baca cerita selengkapnya di sini!
Yang menarik dari melihat sunrise di Pos Mati ini adalah pandangan yang lebih luas kepada duo Merapi-Merbabu, karena letaknya yang lebih tinggi dari Punthuk Setumbu. Hanya saja, dari Pos Mati keberadaan Candi Borobudur tidak begitu jelas. Tapi jangan kecewa, dari tempat ini kita bisa melihat gunung lain yang tak kalah gagah dari kejauhan, Gunung Sumbing.
Saya pergi ke Eden Sunrise setelah menerima ajakan saudara yang ingin melihat matahari terbit tanpa mau bersusah payah melakukan trekking. Letaknya berada lebih tinggi dari Pos Mati. Berada di Dusun Kamal, Desa Giritengah, tempat ini sangat mudah dijangkau oleh para pemburu sunrise yang tak mau susah-susah berjalan.
Memotret sunrise membutuhkan trik tersendiri agar hasilnya memuaskan. Coba baca tips memotret sunrise ini.
Kendaraan bermotor, bahkan mobil pun bisa sampai tempat ini dengan cukup mudah. Tempat untuk menikmati sunrise di Eden ini berupa jalan dusun yang sudah beraspal, sehingga kadang saat kita menunggu sunrise, banyak pula warga dusun setempat yang berlalu lalang untuk memulai aktivitas pagi. Di kawasan Eden sunrise juga terdapat beberapa homestay yang disewakan. Homestay berbentuk rumah tradisional Joglo menjadi salah satu favorit turis asing yang bermalam di tempat ini.
***
Bagaimana? Sudah siap menelanjangi sunrise di tiga tempat ini? Jangan lupa siapkan fisik dan hati yang damai. Tapi yang lebih penting, mulailah perjalanan menuju tiga tempat ini saat pagi masih buta, karena sunrise tak mungkin didapat jika kamu berangkat siang, ataupun saat para petani sudah berada di pematang sawahnya.