Pernah nggak Kamu kangen dengan ayah, ibu, sahabat, adek, pacar atau bahkan mantan selingkuhan saat traveling? Kangen itu begitu terasa saat sedang jalan-jalan sendirian. Nggak ada teman ngobrol, nggak ada teman yang diajak foto narsis bareng. Sepi dan sendirian.
Kalau sudah merasa kesepian, ngobrol dengan bapak penjual makanan, orang yang ditemui sepanjang jalan, atau penjaga penginapan menjadi pengalih rindu. Meski baru kenal, namun keramahan yang diberikan menciptakan kedekatan yang hangat.
Saya jadi teringat dengan Hj. Tina. Seorang kepala sekolah di salah satu SMP Bangka yang saya temui di pesawat. Dia sangat ramah dan banyak cerita tentang kehidupan. Bersyukur bisa berbincang hangat dengan kepala sekolah hebat. Lebih mengharukan lagi, Hj. Tina memberikan tumpangan dan mengantar saya sampai ke penginapan.
Kehangatan itu juga tercipta karena alasan kesamaan negara. Seperti pengalaman pribadi saya ketika berjumpa dengan orang Kalimantan di Singapura. Padahal, kita nggak ada kesamaan suku, tapi karena saya berasal dari Indonesia, bapak-bapak yang menjadi imam masjid di salah satu masjid di Singapura menjamu saya dan kedua teman dengan sangat baik.
Apalagi jika bertemu dengan orang yang berasal dari satu daerah yang sama. Saya sendiri mengalaminya. Dijamu dan benar-benar diperlakukan seperti keluarga saat di Belitung. Alasannya karena saya berasal dari Jawa dan kasihan melihat dua cewek terkatung-katung di Belitung.
Mereka yang suka jalan-jalan harus menghadapi keadaan jauh dari rumah. Kangen keluarga itu pasti, tapi traveling jugalah yang akan menciptakan banyak keluarga baru lagi. Ke mana pun pejalan ini pergi, di situlah ‘rumah’ baginya.
Maka bisa dibilang, rumah bukanlah tempat atau bangunan, melainkan orang-orang yang ada di dalamnya. Mereka yang menciptakan nyaman saat traveling adalah rumah bagi pejalan. Sejauh manapun pergi, bila Kamu tidak berusaha menjadi ramah dan hangat, Kamu tidak akan menemukan ‘rumah’. Because place doesn’t make a home, but people do.
***