Pandemi Virus Corona (Covid-19) telah memberikan dampak negatif yang besar ke hampir semua lini kehidupan, tak terkecuali pada industri dunia pariwisata. Bali yang menjadi ikon pariwisata populer Indonesia, kini terancam menyusul kebijakan penutupan akses keluar-masuk di sejumlah negara di dunia. Sejak Jumat, 20 Maret 2020 lalu, Pemerintah Indonesia juga telah menangguhkan visa on arrival selama satu bulan.
Kebijakan yang diupayakan oleh Pemerintah Indonesia memang diyakini mampu menekan penyebaran Covid-19 agar tidak semakin meluas. Namun disisi lain mematikan pariwisata karena wisatawan asing tidak bisa datang ke Indonesia. Bali yang menggantungkan perekonomiannya dari sektor pariwisata harus mundur cukup jauh di tahun 2020 sejak pandemi Covid-19 menyebar ke hampir seluruh negara di dunia.
Nilai okupansi hotel di Bali mengalami penurunan antara 60-80 persen, terutama di wilayah yang menjadi kawasan favorit wisatawan asal China, seperti Nusa Dua dan Legian, Kuta. Angka ini terbilang sangat besar karena sebelumnya penurunan terparah yang pernah terjadi pada hotel di Bali hanya sekitar 18 persen saja.
Sementara untuk hotel yang berada di daerah Ubud dan Sanur pada awalnya tidak terlalu terdampak. Penurunan nilai okupansi hanya sekitar 2-3 persen saja. Hal tersebut terjadi karena hotel-hotel di daerah tersebut didominasi wisatawan asal Australia dan Eropa. Namun setelah terjadinya lockdown di Australia dan sejumlah negara Eropa, hotel di Ubud dan Sanur pun terkena dampak yang sama parahnya.
Penurunan nilai okupansi sangat berbahaya bagi kelangsungan bisnis perhotelan di Bali. Setidaknya hingga April 2020 jika kondisi tidak kunjung membaik dan pandemi Covid-19 tidak segera mereda, maka tidak sedikit perusahaan yang akan gulung tikar. Hal ini dikarenakan mulai masuknya bulan Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri 1441 Hijriyah.
Direktur World Travel and Tourism Council Gloria Guevera mengatakan bahwa sekitar 50 juta orang akan kehilangan pekerjaan di sektor wisata. Khusus di Indonesia, sejumlah hotel telah meminta para karyawannya untuk cuti hingga kondisi pariwisata Bali kembali normal. Beberapa hotel yang masih mempekerjakan karyawan hanya memberikan setengah gaji sebagai upah.
Hal ini terpaksa dilakukan karena kondisi pariwisata Bali yang sangat memprihatinkan. Di Tanjung Benoa misalnya, kawasan wisata olahraga air ini hanya tampak beberapa karyawan saja, tanpa pengunjung. Pengemudi perahi, penarik jangkar, pemandu selam, dan staf lainnya lebih banyak di bawah banana boat yang diparkir. Sungguh sangat miris.
Meskipun pandemi Covid-19 belum juga mereda, Gubernur Bali Wayan Koster telah mempersiapkan rencana pemulihan pariwisata Bali. Hal ini dilakukan melalui Rapat Koodinasi Percepatan Pemulihan pariwisata dan Perekonomian Bali yang bertajuk “We Love Bali Movement” di Denpasar pada Jumat (6/3) lalu.
Melalui rapat tersebut, Koster mengajak seluruh elemen masyarakat untuk membangkitkan sektor ekonomi lainnya, sehingga Bali tidak semata-mata bergantung pada pariwisata saja. Koster berharap dengan adanya cobaan dari Covid-19 ini semakin mematangkan pengalaman dalam mengelola dan meningkatkan daya tahan kepariwisataan Bali mendatang.