Pempek legendaris Palembang bisa Anda temui di sentral kampung pempek. Lokasi tepatnya ialah di Jalan Mujahiddin 26 Ilir, Palembang.
Di sini Anda akan menemukan jejeran kios-kios yang menjual aneka pempek dengan berbagai varian dan rasa yang berbeda-beda.
Kami kemudian bertandang ke salah satu kios pempek yang merupakan pionir dan bisa dikatakan sebagai salah satu trendsetter pempek legendaris Palembang, yakni Pempek Lala.
Kami bertemu dengan Bang Eman (31), ia merupakan adik kandung dan sekaligus penanggung jawab dari kios ini. Melalui penuturannya kepada Tim Phinemo pada Selasa (4/9/2018) lalu, Pempek Lala ini merupakan kios milik ayuk (kakak perempuan dalam bahasa Palembang-red).
”Kios ini milik ayuk, kakak kandung saya, namanya Nyimas Fadhilla, panggilannya Lala. Inilah kemudian mengapa kios pempek ini dinamai Pempek Lala,” tutur Eman.
Eman menuturkan bahwa ia telah enam tahun bekerja di kios ini. Namun ia juga menjelaskan bahwa kios ini telah ada sejak 10 tahun yang lalu.
”Dulu Mbak Lala ini yang turun tangan langsung. Suaminya ambil ikan di pasar dan Mbak Lala yang masak. Dulu ya trial and error mba, coba-coba resep yang pas yang mana. Putar otak terus, keasinan, kurang apa gitu pernah, dicoba terus,” jelas Eman.
Eman juga menerangkan bahwa dulunya kios ini merupakan toko kasur, ”jadi dulu kawsaan ini sempat kebakaran, mba. Kemudian dibangunlah hingga sampai seperti sekarang. Sebelum jualan pempek, dulu ya jualan es, jualan macem-macemlah,”
”Kemudian dapet ide jual pempek. Pelopor di kawasan ini ya kami ini, Pempek Lala. Dulu kecil, mba kiosnya, terus bertahap dan makin luas. Kami punya 35 pekerja sekarang. Semua dibagi fokus per bagiannya masing-masing, yang masak sendiri, yang ngambil ikan sendiri,” lanjut Eman.
Dalam sehari, Pempek Lala dapat menghabiskan 50 hingga 70 kilogram bahan dasar ikan. Pempek Lala ini buka setiap hari dengan rentang jam buka dari pukul 09.00 pagi hingga tutup pada pukul 20.30 malam.
Eman menyebutkan bahwa selama rentang hari-hari biasa atau weekday, pengunjung paling ramai diantara jam-jam pulang kerja dan sekolah, yakni berkisar antara pukul 16.00 WIB ke atas.
Sementara pada weekend, Eman menuturkan bahwa pengunjung lebih banyak yang membawa pulang untuk oleh-oleh. Pempek juga memiliki daya tahan yang berbeda-beda sesuai dengan adonan bahannya.
”Kalau pempek yang diberi sagu bisa tahan 24 jam, namun yang diberi minyak, tahan hingga 12 jam perjalanan. Setelah selesai perjalanan, baru segera ditaruh di freezer atau pendingin. Nah ketika pempek sudah dimasukkan ke pendingin, pempek ini bisa tahan hingga 2 minggu lamanya,” jelas Eman kepada Phinemo pada Selasa (4/9/2018) malam.
Pempek Lala ini cukup terjangkau sebab tiap satu buah pempek hanya dibanderol dengan harga seribu rupiah, sementara untuk satu porsi Anda cukup mengeluarkan nominal sebesar Rp 10 ribu.
Eman menuturkan bahwa cuko Pempek Lala menjadi keutamaan dari kios ini,”kalau pempek itu semua sama, bahan dan rasanya sama, cuma yang dibedakan itu cukonya. Cara pengelolaan dan cara memasaknya yang berbeda.”
Diketahui bahwa adonan pempek biasanya terbuat dari bahan dasar ikan, sagu, garam dan penyedap rasa. Sementara bahan-bahan dasar cuko berupa gula aren, gula batok, cuka belanda, garam, gula pasir, dan resep rahasia.
Eman kemudian menceritakan bahwa kebanggaan tersendiri baginya ialah ketika pempeknya pada waktu itu pernah dibawa hingga luar negeri, seperti Malaysia, Singapura dan Jerman.
Bagi Eman, menjaga kualitas adalah yang prioritas utama, ”mau harga bahan dasar melonjak selangit, tetap kita jaga prinsip, jaga kualitas. Bisa kita siasati dengan mengecilkan pempek, tapi nggak ngurangin bumbu, ngurangin resep. Kualitasnya harus tetap sama.”
”Satu lagi kalau kita mau dagang, jangan curang, insyaallah selamat sampai tujuan.”
Di akhir perbincangan kami, Eman membagikan rahasia suksesnya dalam berbisnis pempek, ”suka duka dinikmati saja, disyukurin saja, nanti pasti Tuhan akan tambah nikmat kita, nikmat sehat, nikmat rezeki, nikmat apa saja.”