Jika yang selama ini kita tahu hanya laki-laki yang akan mengalami prosesi sunat, maka di Kenya ada satu tradisi memilukan. Di mana para wanita juga akan disunat layaknya laki-laki. Tradisi sunat perempuan ini dijalani secara turun temurun ketika para wanita sudah memasuki masa peralihan.
Para gadis Suku Pokot di Kenya akan disunat untuk menikah. Tradisi sunat ini juga menjadi proses transisi dalam kewanitaan seorang gadis. Dan menurut para orang tua di Pokot, tradisi ini akan terus dipertahankan sampai kapanpun juga.
Proses penyunatan dalam tradisi sunat perempuan inipun cukup mengerikan sebab mencakup prosesi pemotongan alat kelamin perempuan. Organ klitoris dan alat kelamin luar dipotong, kemudian dijahit untuk mengurangi hasrat seksual wanita. Penyunatan bisa dilakukan dengan menggunakan silet, pecahan kaca atau gunting.
Para gadis yang sudah disunat akan dibalut dengan kulit binatang dan dihiasi oleh coreng cat putih di wajah. Malam harinya akan ada beberapa perempuan lain yang berkumpul untuk bernyanyi dan menari menghibur gadis yang baru saja disunat.
Sebetulnya tradisi sunat perempuan ini telah dilarang oleh Pemerintah Kenya sejak beberapa tahun yang lalu. Lembaga PBB yang mengurusi anak-anak, UNICEF, mengatakan lebih dari 125 juta perempuan di 29 negara di Afrika dan Timur Tengah menjalani tradisi sunat perempuan semacam ini.
Namun demikian, bagi Suku Pokot, tradisi sunat perempuan ternyata sudah menjadi hal biasa. Tradisi ini nyatanya diyakini sebagai simbol kekuatan. Melalui rasa sakit, para wanita dapat menunjukkan kepada yang lainnya bahwa ia bisa bertahan.
Kabarnya Hukum Kenya akan memberikan hukuman penjara seumur hidup ketika seorang gadis meninggal dunia akibat tradisi ini karena tradisi ini menimbulkan sakit yang luar biasa, pendarahan, perasaan terguncang dan dapat menyebabkan komplikasi saat melahirkan.