Negeri seribu candi, tempat berkumpulnya para hippie, destinasi buat pencari meditasi dan yoga, itulah beberapa sebutan untuk Nepal, negara yang terletak di kawasan pegunungan Himalaya.
Gempa yang meluluhlantakan Nepal April 2015 lalu menyayat hati banyak orang, termasuk saya. Kini mereka tengah berusaha bangkit, kembali membangun.
Berikut adalah 9 kenangan tentang Nepal saat saya berkunjung ke sana pada awal tahun ini.
Kathmandu, Nepal, memiliki kuil-kuil cantik yang eksotis dan menjadi primadona dunia. Salah satu keunikan kuil di Nepal adalah kuil-kuil di Nepal memiliki banyak kuil di dalamnya. Jadi ada kuil di dalam kuil. Beberapa di antaranya adalah Pasupatinath dan Durbar Square.
Pada pertengahan 1960-an, muncul sebuah kultur di Amerika Serikat. Sekelompok orang yang biasa mendengarkan musik psychedelic rock dan juga kerap menggunakan pakaian yang berwarna-warni, kebanyakan dari teknik ikat celup yang menghasilkan bentuk-bentuk tidak terduga.Mereka juga biasa menggunakan rompi atau baju dengan aksen rumbai-rumbai yang memunculkan kesan nyentrik. Tidak ketinggalan ikat kepala yang kaya warna dan kacamata bulat ala John Lennon. Filosofi hidup kaum ini adalah hidup sederhana. Sedemikian pakaian mereka yang nyentrik namun mereka tidak mengenakan alas kaki. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa mereka sangat sederhana dan juga cinta kedamaian. Sering sekali mereka berfoto dengan pose tangan Peace-nya. Bentuk kesederhanaan kaum ini juga diwujudkan dalam aksi mereka bepergian dari satu tempat dengan tempat lainnya. Merekalah kaum hippie.
Nepal termasuk salah satu destinasi para hippie ketika tahun 1960-an generasi bunga “meledak”. Meski kaum hippie sekarang nggak booming lagi namun tetap saja menjejakkan kaki di Nepal serasa atmosfer hippie zaman dulu.
Konon, belum ke Nepal sebelum mencicipi salah satu makanan khasnya yaitu Momo. Momo sebenarnya adalah dimsum dalam bentuk dan rasa lain. Berbeda dengan Chinese food yang biasa kita kenal, Momo memiliki kulit lebih tebal dengan bumbu kari yang kuat.
Isinya variatif, ada ikan, kentang, sayuran, dan lain sebagainya.
Salah satu kawasan di Kathmandu yang memiliki daya tarik yang atraktif adalah area turis di Jalan Thamel. Warna-warni bendera doa yang membentang di seputaran jalan memberikan nuansa magis yang sulit dilupakan. Belum lagi toko-toko aksesori yang menawarkan cinderamata bikin hasrat belanja membuncah!
Selain menawarkan cinderamata, seputaran jalan di Thamel juga memberikan sensasi edukasi yang sulit dilupakan. Ada banyak toko buku yang menawarkan buku-buku perjalanan mengenai Nepal, hidden paradise di Nepal, perjalanan sejarah dan novel-novel klasik best seller dunia. Jika beruntung, kita bisa mendapatkan buku bagus dengan harga spesial.
Hampir setiap kafe ataupun penginapan di seputaran Jalan Thamel menawarkan live music. Mulai dari lagu tradisional daerah setempat, top 40 dan akustikan juga. Sungguh menenangkan hati, menyesap Chai Tea sembari mendengarkan lagu-lagu andalan yang didendangkan musisi lokal.
Dimanapun kita berada, melakukan perjalanan kemana saja, salah satu yang melekat di dalam ingatan adalah keramahan penduduk lokal yang bersahaja.
Salah satu pengalaman yang masih saya ingat adalah ketika bertemu dengan penduduk lokal yang sedang menjaga toko suvenir sembari menikmati sarapan pagi berupa kacang-kacangan rebus yang dimakan dengan kari. Mungkin karena melihat saya yang memandang dengan penuh minat, dengan ramahnya dia menawari saya yang orang asing ini untuk mencicipinya!
Nagarkot adalah desa yang berlokasi di lembah sebelah timur dari Kathmandu. Tempat ini terkenal dengan pemandangan barisan pegunungan Himalayanya yang mampu menghentikan napas saking indahnya. Tapi hati-hati dengan dinginnya yang mengigit tulang—bisa dua kalinya Kathmandu!
Pokhara selalu membuat jatuh hati para pelancong yang lebih menikmati kesenyapan dan ketenangan. Pokhara ibarat kota perhentian buat para turis yang mencari atmosfer baru selain pikat turis yang bisa ditemukan di Jalan Thamel. Lewat kota ini kita juga bisa menyaksikan barisan pegunungan Himalaya. Banyak turis yang akhirnya menetap dan memutuskan untuk tinggal di Pokhara. Jadi jangan heran kalau banyak rumah makan Jepang dan Korea ditemukan di sini.