Memamerkan foto di media sosial hal yang lumrah. Ketika orang pergi ke sesuatu tempat lalu mengabadikan lewat foto, menurut saya sah sah saja.
Latar berfoto menjadi salah satu faktor penting saat berfoto. Meski hanya mengandalkan kamera android sekalipun, jika tempatnya bagus tak jarang foto menuai komentar yang bagus pula.
Saya pribadi seorang yang gemar pergi menyusuri tempat-tempat baru sambil mencari lokasi hunting foto yang menarik dan tak biasa, meski masih sekitar lingkup daerah tempat tinggal, Daerah Istimewa Yogyakarta. DIY adalah daerah yang sangat luas, terkadang warga nya sendiri pun tidak menyadari betapa banyak nya tempat-tempat menarik yang sayang jika dilewatkan.
Bagi yang berencana mengunjungi DIY, tempat-tempat ini bisa menjadi alternatif terbaik untuk hunting foto;
Jika di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Cikaniki Bogor memiliki canopy trail menawan, di daerah selatan tepatnya Imogiri, Bantul pun tak ketinggalan. Jembatan dengan lapisan cat berwarna kuning melintang di atas sungai Oyo yang lumayan tenang.
“Oh Jembatan Selopamioro, Mbak?” Begitu kata orang sekitar yang lebih familiar dengan sebutan Jembatan Gantung Selopamioro atau Jembatan Siluk ketika saya bertanya arah pada warga lokal.
Untuk perjalanan dari kota Yogyakarta sendiri saya tidak begitu banyak memakan waktu, sekitar setengah jam. Bonus yang saya dapat selama perjalanan ke jembatan gantung juga lumayan banyak. Hamparan ladang dan sawah yang di buat membentuk terasering juga bukit kars mengundang nurani untuk berfoto lama-lama.
Seberapa paham Anda mengenai Jogja? Coba cek di artikel ini, jika Anda merasa tahu 18 hal yang disebutkan di tulisan ini maka Anda memang seorang “Pecinta Jogja Sejati”!
Ada sensasi tersendiri saat berdiri di jembatan gantung ini ketika kendaraan bermotor melintas, atau saat angin bertiup kencang. Jembatan ini juga cocok untuk foto pre-wedding atau hanya sekadar main-main bersama teman dan keluarga.
Pernah mendengar jembatan Overtoun di Skotlandia? Jika iya, menurut saya Plunyon juga tak jauh beda. Namun bedanya Jembatan Plunyon yang masih kokoh berdiri sisa letusan Gunung Merapi 2010 ini tidak begitu mistis bahkan banyak juga yang datang berkunjung untuk mengambil gambar di atas jembatan ini atau turun langsung ke Kali Kuningnya. Lebatnya ilalang dan hijau dedaunan lainnya akan menambah nuansa misterius pada hasil foto layaknya tempat tak berpenghuni, meski sebenarnya perasaan mistis tidak saya rasakan di sini.
Ketika rindu rasanya mendaki, lihatlah Gunung Merapi dari sudut pandang yang berbeda.
Begitulah yang dikatakan teman saya sembari memamerkan foto saat dirinya berhasil ke Puncak Becici menggunakan sepeda gunungnya. Memang, saya pun setuju, panorama yang keren ditambah rumah pohon yang hampir mirip dengan yang ada di Kalibiru Kulon Progo menambah apik setiap jepretan foto. Untuk menuju puncaknya kita akan melewati hamparan hutan pinus layaknya film Breaking Down.
Ingin mendaki bukit atau bermain di pantai? Mengapa tak keduanya? Pantai Kosakora jawabannya. Ia terletak di sebelah timur Pantai Drini, sekitar 2 KM.
Ingin membedakan seseorang adalah warga lokal jogja atau turis? Cek di sini, 21 perbedaan turis dan warga lokal Jogja yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh Anda!
Pantai ini mirip dengan pantai Merese yang berada di Lombok. Tak begitu banyak yang tahu tentang pantai ini. Bagi saya, ini adalah surga dunia yang tersembunyi. Pantai yang memiliki bukit yang luas dan terkadang digunakan untuk camping. Kosakora memang memiliki spot yang bagus untuk foto dengan latar hamparan pantai yang terlihat jelas dari atas bukit yang tak tertutupi banyak pohon.
Jika Anda pernah ke gumuk pasir atau sedang berada di sana, jangan dulu buru-buru untuk melanjutkan ke tujuan berikutnya. Ada satu tempat yang menarik untuk berfoto, mirip bandara Madeira Santa Cruz Portugal karena sama-sama berdiri di pinggir pantai. Bedanya Landasan Pacu Depok ini tidak difungsikan untuk bandara seperti halnya Adisucipto. Landasan ini tepatnya di selatan Gumuk Pasir. Sepanjang jalan menuju landasan pacu memang tertutupi pohon rindang yang tumbuh tanpa sekat. Jadi ketika Anda ingin ke sini, Anda harus teliti agar tidak melewatkan tempat ini.
‘Tempat di jogja ala Texas’ mungkin begitu yang ada di benak ketika pertama kali melihat arena pacuan kuda yang berada di luar stadion. Terkadang sore hari kita juga dapat melihat beberapa kuda di lepas untuk berlatih. Tempat ini tak begitu jauh dari pusat kota. Sekitar setengah jam ke selatan arah Imogiri Barat dan Anda akan menemukannya.
“Pantai yang hanya 1 jam dari Yogyakarta kira-kira pantai apa?” Pertanyaan yang pernah ditanyakan oleh seseorang teman. Jika Anda tidak memiliki waktu lama untuk menyusuri pantai Gunung Kidul yang jarak tempuhnya hampir lebih dari 2 jam, destinasi ini cocok untuk Anda
Jogja selalu punya cerita, mungkin karena itu banyak yang mencintainya. Coba baca artikel sebuah obrolan inspiratif tentang kehidupan dengan seorang penulis novel pada suatu pagi di Jalan Parangtritis, Jogja
Pohon besar berdiri sendiri yang menjadi ikon Kesirat memang apik untuk berfoto di kala senja. Ketika saya kesini banyak orang-orang yang ber-camping di tempat ini. Namun bagi Anda yang tidak berniat untuk camping jangan coba-coba pulang pada pukul lebih dari jam 8 malam karena jalan utama akan di tutup warga desa untuk menanggulangi pencurian sapi. Jika berniat ke sini, bawalah bekal karena hanya terdapat satu warung itu pun hanya menjual mie instan.