Jogja International Heritage Walk (JIHW) ke-9 tahun 2017 telah berlangsung pada Sabtu dan Minggu November kemarin (18-19/11).
Ribuan peserta dari dalam dan luar negeri turut serta dalam kegiatan jalan kaki bertaraf internasional yang diadakan di kawasan Candi Prambanan dan kawasan Imogiri, Bantul.
Baca selengkapnya tentang pelaksanaan Jogja International Heritage Walk dengan klik di sini
Berikut ini adalah momen-momen yang bakal dirindukan, sekaligus menjadi alasan kuat untuk yang berminat ikut serta dalam Jogja International Heritage Walk tahun berikutnya:
Sebagai satu-satunya event jalan kaki di Asia Tenggara yang masuk dalam Liga Jalan Kaki Internasional, Acara JIHW tentunya tak hanya sekedar ajang jalan kaki sebagai gaya hidup. Tetapi menyuguhkan unsur lain yang menjadi daya tarik utama.
Diadakan di dua tempat yakni Candi Prambanan dan Imogiri yang merupakan daerah wisata, JIHW memberikan pengalaman tak terlupakan berjalan kaki menyusuri keindahan alam Jogja. Sehingga berjalan kaki jauh tak lagi terasa berat.
Rute para peserta Jogja International Heritage Walk tidak hanya melewati daerah-daerah dengan pemandangan alam yang ‘wah’ tetapi juga melintasi pedesaan-pedesaan.
Disepanjang jalan pedesaan yang dilewati rute, tak sedikit masyarakat sekitar yang menonton dari teras dan halaman rumah. Senyum dan tegur sapa dari warga menjadi momen yang tak sepele, bahkan diantaranya ada juga yang menawarkan untuk mampir sekadar istirahat sejenak dan minum air.
Sesuai namanya, ajang jalan kaki ini bertaraf internasional yang menghadirkan peserta dari berbagai daerah di Indonesia hingga negara-negara dari Asia, Eropa dan Amerika.
Event ini sekaligus menjadi sarana untuk saling berinteraksi sesama peserta dari latar belakang budaya yang berbeda-beda. Saling bertukar pikiran dan bercerita menjadi pemandangan yang umum antar sesama peserta Indonesia atau dengan negara lain.
Acara Jogja International Heritage Walk tahun ini mengangkat tema “Save the Nature, Respect the Culture” yang menggabungkan konsep olahraga, wisata, alam dan budaya.
Hal ini terlaksana dalam bentuk adanya pertunjukan seni tradisional di titik-titik tertentu sepanjang rute jalan kaki. Menambah kekhidmatan peserta menghayati event jalan kaki yang diadakan di kawasan warisan budaya Jogja ini.
Baca juga karya-karya seni epik yang ditampilkan di Jogja Nasional Museum dengan klik disini
Makanan ringan tradisional seperti kue lapis, risoles, nogosari dan lain sebagainya mungkin merupakan makanan terbilang biasa saja disantap sehari-hari.
Tetepi dalam gelaran JIHW yang dimulai dari pagi hari, suguhan makanan ringan di rest area rute perjalanan ini layaknya oase di padang gurun. Tak sedikit peserta yang terlihat begitu menikmati makanan tradisional ini, khususnya para peserta mancanegara yang baru pertama kali merasakannya.
Sebagai tambahan, salah sau momen yang tak akan terlupakan dalam gelaran JIHW 2017 adalah jalan kaki sambil hujan-hujanan atau menggunakan jas hujan dan payung.
Selama hari kedua peaksanaan yang berlokasi di Imogiri, para peserta dihadapkan dengan cuaca hujan dari pagi hari yang memaksa mereka harus mengenakan jas hujan atau payung untuk tetap menyelesaikan rute jalan yang sudah ditentukan.
Tetapi hal ini sama sekali tidak membuat gentar, para peserta JIHW justru terlihat semangat dan tetap menikmati perjalanan mereka ditengah guyuran hujan dan suasana dingin yang terasa.