Suasana khas Semarang bukan hanya terdengar dari bel penanda Gambang Semarang saja, tapi penampilan sekawanan pemusik lokal siap menghipnotis setiap pengunjung stasiun dengan orkes keroncongnya. Benar-benar syahdu dan ngangenin. Seperti kembali ke masa lalu.
Warung penyet biasanya menyajikan menu nasi, sambal, lalapan, dan aneka lauk seperti ayam, bebek, lele, tahu, dan tempe goreng. Walaupun banyak penjual warung penyet yang menjual menu yang sama, tapi mereka memiliki ciri khas rasa sambal sebagai pembeda. Sambal bawang, sambal lombok ijo, sambal terasi, jadi beberapa jenis sambal yang sering ditemui.
Benar-benar sudah ada di Semarang kalau banyak orang berbicara menggunakan kedua akhiran “ik” dan “to”. Kata “ik” dan “to” digunakan untuk menekankan kalimatnya. Misal, “hek’e ik” yang artinya iya ya. Dan, “mosok to?” masak sih?
Lagi jalan-jalan di Semarang, enaknya sewa motor supaya bisa puas berwisata keliling kota Semarang dan sekitarnya. Tapi, tetap hati-hati, karena polisi di Semarang terkenal “galak” alias tertib aturan. Daerah paling rawan ada di daerah pusat oleh-oleh Jalan Pandaranan depan KFC. Kalau tak mau berurusan dengan polisi, patuhi tata tertib lalu lintas.
Angkot dengan cat warna orange ini adalah salah satu angkutan umum favorit warga Semarang sebelum adanya BRT dan gojek. Meski sekarang sudah mulai banyak pilihan transportasi online, eksistensi angkot masih saja ramaikan jalanan kota Semarang.
Jika bangsa barat punya Friday Night party, anak Semarang punya Jumat Hits atau Jum’at Gaul. Saat menyusuri sepanjang jalan Pahlawan menuju Simpang Lima Semarang, banyak anak-anak hits Semarang nongkrong bersama komunitas atau pun pasangan. Jalan Pahlawan bisa jadi referensi wisata malam di Semarang, sekadar duduk menikmati keriuhan warga lokal.
Sepertinya, orang Semarang ini lebih suka menghabiskan akhir pekan di mall buat jalan-jalan, shopping, makan dan nonton film ketimbang nongkrong di taman bersama teman atau pasangan. Meski tak bisa dipungkiri, taman pun ramai orang, namun mall selalu lebih ramai.
Suasana makin kental terasa saat melewati Jl. Pandanaran. Pusat oleh-oleh khas Semarang ini, banyak penjual yang menawari wingko babat.
Untuk urusan oleh-oleh, sepertinya wingko babat lebih mudah dibawa dan praktis. Tak perlu menggoreng terlebih dahulu, langsung terbungkus rapi sehingga memudahkan penjual menawarkan jajanan ini. Selain itu, harganya pun sangat terjangkau, cocok dijadikan oleh-oleh bagi pejalan berkantong pas-pasan.
Jangan bingung kalau ada penjual asongan atau abang tukang parkir yang memanggil temannya dengan sebutan “ndes” atau “Kas”. Misalnya, “Ndes, arep ning ndi kowe?”
Di Semarang, Ndes merupakan sapaan akrab sesama teman sebaya.
Si Tamara ini memang sering terlihat di area Tembalang, Semarang, tapi kalau beruntung bisa ketemu Tamara di Jalan Pahlawan. Jangan lupa foto bareng doi yak. Ramah banget orangnya.