Aceh Jaya adalah kabupaten pemekaran dari Aceh Barat, sebuah wilayah berbukit dan banyak pulau liar yang betebaran di lautnya. Aceh jaya dapat ditempuh dengan jarak dua jam dari kota Banda Aceh dengan menggunakan kendaraan bermotor. Tempat ini memiliki banyak objek wisata yang mengundang penasaran dan menyegarkan mata pengunjungnya.
Aceh jaya adalah kawasan terparah yang diterjang tsunami 2004 silam. Saat ini kabupaten dengan ibukota Calang ini sudah mulai bangkit dan bersolek sebagai salah satu tujuan wisata setelah gerakan Visit Aceh digalakkan.
Sebelum berkunjung ke sana, tak ada salahnya mengenal lebih dekat Aceh Jaya. Ini dia beberapa fakta tentang wisata Aceh jaya harus Anda tahu:
Aceh Jaya merupakan daerah perbukitan dan dekat dengan laut. Tempat ini merupakan benteng pertahanan pada masa penjajahan. Ada beberapa peninggalan arkeologi di sini, salah satunya adalah nisan Meurehom Daya, seorang Raja yang sangat dihormati di wilayah Lamno dengan dongeng Putro Ijo yang terkenal di seluruh lapisan masyarakat Aceh Jaya. Selain itu, ada pula beberapa meriam yang berangka tahun 1882 dan Tangsi militer Belanda yang terletak di dekat kantor camat Lamno.
Di sini ada tempat duduk yang dibuat di atas batu karang besar sehingga bisa melihat laut lepas, tempat tersebut bernama Puncak Lageun yang terletak di Kecamatan Setia Bakti, Aceh Jaya.
Menurut masyarakat setempat, pulau yang terlihat dari Puncak Lageun adalah sebuah pulau yang tidak berpenghuni.
Satu yang menarik di sini, cobalah duduk di Puncak Lageun pada kisaran jam 10.00 WIB pagi, jika beruntung Anda akan menyaksikan kawanan lumba-lumba yang berenang berkejar-kejaran.
Di Aceh Jaya Anda akan menemukan banyak orang memancing di tanggul batu sebelah kiri jalan sepanjang jalan Kabupaten Calang, tempat itu memang surganya pemancing. Mereka adalah masyarakat lokal yang biasa memancing di sungai.
Selain surga bagi pemancing, tempat tersebut juga surganya pemburu sunset. Cukup duduk manis di tepi jalan sepanjang jalan Calang, Aceh Jaya maka Anda akan mendapat semburat senja di langit Aceh Jaya yang masih bersih.
Jika Anda mendengar nama Lamno dan bertanya pada masyarakat Aceh, maka jawabannya akan sering terdengar “kampung mata biru?”
Jangan heran, memang Lamno ini, -khususnya di pedalaman-, terkenal dengan masyarakatnya yang bermata biru. Konon katanya, mereka adalah orang-orang yang datang dari Portugis. Ada juga yang menyebutkan mereka berasal dari Andalusia. Karena terjadi perang maka mereka merantau dengan kapal dan sampai di Lamno.
Hanya saja, saat ini orang bermata biru sudah sedikit jumlahnya karena banyak yang meninggal ketika tsunami.
Meski di daerah pedalaman, akses jalan raya beraspal sudah bisa dinikmati di Aceh jaya. Bahkan di Alue Meraksa, desa terjauh yang terletak di daerah Teunom Aceh Jaya, sebagian jalannya sangat mulus!
Satu yang akan Anda suka, sepanjang jalan Anda akan ‘dihibur’ dengan sajian panorama cantik sawah tadah hujan yang terhampar menghijau.
Di Desa Sarah, Kecamatan Teunom, Aceh jaya terdapat sungai dengan aliran air yang deras sehingga sungai di sini sering di gunakan untuk arung jeram. Namun ingat, Anda melakukan persiapan matang jika ingin berarung jeram di sini karena arusnya yang sangat deras.
Pasir putih yang terhampar luasadalah pemandangan khas Aceh Jaya. Meski demikian, ada satu lagi yang menjadi ‘ciri khas’ Calang, Ibukota Aceh Jaya ini. Setidaknya jika Anda menginap di sebuah hotel di Calang, maka dapat dipastikan Anda akan rugi memesan kamar ber-Ac karena seringnya mati listrik. Hal ini bahkan bisa berlangsung sampai dua atau tiga kali dalam sehari.
Jika ingin menikmati ikan asin terenak di seluruh Aceh, maka Calang, Aceh Jaya adalah tempatnya. Ikan-ikan asin ini digantung di pinggir jalan pada tali-tali dan kayu. Jika Anda kebetulan lewat, aromanya akan tercium menggoda.
harga ikan asin di sini berkisar Rp 10.000 – Rp 60.000. Jenisnya berbagai macam, mulai dari ikan teri, ikan karang hingga gurita yang semuanya diasinkan dan dikeringkan dengan baik.
Jika Anda mengunjungi Desa Masen, Aceh Jaya, jangan heran jika orang-orang akan menawarkan nasi setiap kali Anda bertemu mereka. Menawarkan nasi di sini sama halnya seperti saat kita menawari kopi dan snack ringan pada tamu. Bayangkan jika ada 10 rumah yang didatangi, betapa kenyangnya kita.
Terletak di Desa Masen, Kecamatan Darul Hikmah sekitar 15 kilo meter dari jalan Nasional, Gua Sayeng Terbang merupakan gua yang dikelilingi hutan lebat. Meski belum menjadi objek wisata daerah karena jalannya yang terjal, gua ini banyak didatangi oleh anak muda yang penasaran.
Namun Anda harus berhati-hati karena menurut masyarakat lokal, gua tersebut dihuni oleh harimau. Menurut masyarakat, jika kita datang terlalu sore, kita akan bertemu harimau di sana.