6 Cara Berbeda Menikmati Keindahan Danau Lut Tawar Aceh Tengah

Danau Lut Tawar menawarkan panorama alam luar biasa. Berikut 6 cara berbeda untuk menikmatinya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Makmur Dimila

Umpama laut, danau seluas 5.742 ha ini dikelilingi pegunungan. Namanya, Lut Tawar, menggaung oleh cerita-cerita legenda masyarakat Gayo seperti Goa Putri Pukes, Goa Loyang Koro, Goa Loyang Datu, hingga proses munculnya ikan depik.

Betapapun menghipnotis cerita rakyat itu, Lut Tawar sudah dikagumi kecantikannya semenjak ia ada. Semenjak alam membentuknya, danau ini “mendamaikan perasaan” penikmat dilihat dari sudut mana saja.

Berikut cara berbeda untuk menikmati keindahannya yang patut dicoba.

 

1. Berkendara kelilingi danau, seakan mengitari pesisir pantai

Deretan tenda di salah satu pantai di Danau Lut Tawar. Foto oleh Makmur Dimila

Keliling tepi danau ialah satu dari sekian atraksi wisata yang biasa dilakukan pengunjung. Membutuhkan waktu hingga tiga jam seperti yang saya alami belum lama ini. Didukung oleh 80 persen jalan yang beraspal mulus.

Ketika itu, saya seakan  mengitari pesisir laut yang diapit pegunungan. Lebih-lebih di beberapa sudut danau berpantai, digelar tenda-tenda biru untuk mengistirahatkan para pengunjung.

 

2. Berhenti, lalu tataplah Bukit Barisan-nya Tanah Gayo

Menggunakan sepeda motor cara terbaik kelilingi Danau Lut Tawar. Foto oleh Makmur Dimila

Saya dan teman ambil start keliling tepian Lut Tawar dari Kampung Asir-asir. Menanjak jalan di balik Hotel Renggali, hotel yang juga menjadi salah satu tempat menatap kecantikan danau. Melewati Kampung One-one yang dipenuhi keramba ikan di perairannya. Satu per satu kami lalui kampung yang namanya bisa saja kita lupa jika tak mencatat.

“Berhenti!”

Saya minta teman perjalanan untuk memarkirkan sepeda motor di tempat aman. Setiap melihat bukit-bukit gundul maupun yang ditumbuhi ilalang, berhadapan dengan barisan bukit di sisi lain danau. Mulai dari Bukit Ujung Toweran, Bukit Ujung Bale Atu, hingga bukit yang berbatasan dengan persawahan dekat Desa Bamil Nosar, Kecamatan Bintang.

 

A photo posted by Makmur Dimila (@makmurdimila) on

 

3. Santai di Dermaga Keramat Mupakat, ingatanmu melayang ke sabun Cap Sampan

Pagi hari di Dermaga Keramat Mupakat yang juga dikenal Dermaga Wisata. Foto oleh Makmur Dimila

Dari Terminal Kota Takengon, saya datangi dermaga wisata di Kampung Keramat Mupakat, Kecamatan Bebesan. Berjalan kaki beberapa lorong perkampungan, tibalah di dermaga yang menjorok ke danau itu. Awan masih menggantung di muka gugusan bukit.

Di ujung dermaga, dua pria menambatkan pancingan, ngobrol sambil menunggu umpan di mata kail dikulum ikan air tawar. Dua bocah bersepeda dengan seragam jersey klub sepakbola Liga Inggris, datang menonton.

Sampan seperti gambar dalam kemasan sabun batangan Cap Sampan, dikayuh pelan oleh dua pria. Sesekali mereka berhenti di antara tepian danau untuk lempar jala.

Tiang-tiang penyangga kanopi di dermaga menjadi pelengkap jika ingin membingkai diri dalam foto. Dengan latar tulisan “Gayo Highland” di puncak gunung Burni Gayo.

Ada satu boat tur danau terdampar begitu saja di tepi dermaga. Sudah berkarat di beberapa bagian. Apes. Saya tak bisa keliling danau itu, sebagaimana atraksi paling populer di Sumatera Utara, Danau Toba.

 

4. Naik ke Pantan Terong, kamu akan melihat ‘kawah’

Coba hiruplah udara segar di Puncak Pantan Terong di Kampung Bahgie, Kecamatan Bebesan. Kamu akan menikmati keasrian alam sepanjang jalan menanjak ke kawasan ekowisata itu.

Gunung-gunung mengepung Danau Lut Tawar. Menyerupai kawah. Demikianlah deskripsi saya jika mengenang panorama yang sangat enjoy-able dari objek Puncak Pantan Terong itu.

Baca juga: Pantan Terong – Aceh Tengah, Tempat Berjuluk Atap Dataran Tinggi Gayo 

 

5. Dari Burni Gayo, renungilah kehidupan di atas awan sesungguhnya

Kota Takengon tak terpisahkan oleh kehidupan dari Danau Lut Tawar. Foto oleh Makmur Dimila

Pupuskan rasa penasaranmu terhadap tulisan “Gayo Highland” layaknya “Hollywood” di Los Angeles yang tampak dari segala sudut Kota Takengon. Korbankan sedikit waktumu untuk mendaki ke Burni Gayo yang hanya bertinggi sekitar 600 meter di atas permukaan laut.

Dari puncak itu, di bawah kerangka sign Gayo Highland, alam suguhkan pemandangan penuh makna. Kota Takengon benar-benar berada di atas awan. Tempat populasi manusia hidup damai dengan alam.

Bayangkan. Di balik kabut pagi yang berarak, pijar lampu dari rumah warga padam serentak. Pun saat hari mulai gelap, ribuan “kunang-kunang” menyala di bawah sana.

Sayangnya, saya belum sempat menikmati dua momen itu dari Puncak Burni Gayo. Saya berkunjung ke sana saat siang hari. Namun begitu, keindahan alamnya membuat siapa saja akan merasa bersyukur kepada Tuhan.

 

6. Di Puncak Burni Telong, mengintip danau dari celah-celah awan

Lut Tawar di balik bukit tertutup gumpalan awan. Sebuah sensasi bagi para pendaki Burni Telong. Foto oleh Amay Alfatwi

Dari ketinggian 2.624 mdpl, kamu akan berjibaku dengan awan-awan yang berlari, untuk melihat Danau Lut Tawar dari kejauhan di balik perbukitan.

Karena posisinya yang tinggi, di sini kamu akan menikmati danau dari celah-celah awan. Indah sekali!

Burni Telong juga salah satu tempat di Aceh untuk melihat lautan bunga edelweis, yang tumbuh pada jalur pendakian. Gunung stratovolcano aktif ini masuk dalam Kabupaten Bener Meriah.

Dari Kabupaten Bireuen, hanya butuh waktu 2 – 3 jam berkendara ke pusat kota Bener Meriah. Tambah satu jam lagi jika ingin ke Takengon. Sementara perjalanan ke Bireuen dapat ditempuh melalui jalur darat sekitar 8 – 9 jam dari Kota Medan, Sumatera Utara.[]

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU