UNSUSTAINABLE TOURISM 3 Raja Ampat day trip boat, coming from Sorong, with unskilled snorkelers standing and walking on the reef. This is at Pulau Friwinbonda, a really beautiful, very popular dive & snorkel location. This is not a good experience for the visitors, and it will quickly destroy the shallow parts of this reef. Glass bottom boats are a much better solution all ’round…I also wonder, is anyone checking if all these people have paid their Raja Ampat Environment Fees..?
Posted by Norm Van’t Hoff on Monday, 28 March 2016
Video yang diunggah oleh Norm Van’t Hoff di Facebook memperlihatkan keindahan bawah laut Friwinbonda yang sudah mulai rusak. Terlihat beberapa wisatawan menginjak-injak terumbu karang saat sedang snorkeling di Pulau Friwinbonda, Raja Ampat, Papua. Mereka sedang berjalan menginjakkan kaki di atas karang di dasar laut. Wisatawan yang kurang memiliki keterampilan dalam bersnorkeling bisa mengancam keberadaan terumbu karang.
Padahal, menginjak-nginjak kaki di atas terumbu karang merupakan hal yang sangat dilarang. Terumbu karang merupakan habitat ikan dan hewan-hewan yang ada di laut. Para hewan laut memanfaatkan terumbu karang untuk mendapatkan sumber makanan, sebagai tempat tinggal dan untuk tempat berkembang biak. Dengan kata lain, jika terumbu karang rusak atau mati maka habitat hewan-hewan laut juga akan musnah.
Selain dampak lingkungan, hal ini juga berdampak pada ekonomi sekitar. Berkurangnya jumlah ikan di laut tentu berakibat pada berkurangnya pendapatan para nelayan setempat.
Apalagi keindahan terumbu karang dan kehidupan bawah laut di Indonesia menjadi obyek wisata. Keelokan terumbu karang bawah laut Indonesia merupakan daya tarik para wisatawan. Jika alam bawah laut rusak, masih adakah wisatawan yang ingin mengunjungi dan melihat wisata bawah laut Indonesia?
Setelah viral di sosial media, video ini pun memancing kemarahan dari para netizen.
Netizen menyesalkan ketidakdewasaan para turis dan juga pemandu yang harusnya mengingatkan justru melakukan pembiaran. Bahkan ada yang berpendapat bahwa ‘aksi injak karang’ saat snorkeling seperti ini sudah biasa ditemui di beberapa laut yang menawarkan paket snorkeling dan tidak ada sanksi tegas atas hal itu.
Berdasar data LIPI, varietas terumbu karang Indonesia adalah yang terkaya di dunia. Dengan luas 2,5 juta hektare, dari 750 jenis karang yang ada, LIPI mencatat, seluruhnya merupakan bagian dari 75 marga terumbu karang dunia.
Selain mendominasi jenis terumbu karang di dunia, terumbu karang di Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi. Itu diketahui dari keberadaan 2.500 jenis ikan, 2.500 jenis moluska, 1.500 jenis udang-udangan, dan 590 jenis karang batu.
Kawasan Kepulauan Raja Ampat sendiri merupakan habitat bagi 540 karang. Sangat wajar jika penikmat bawah laut dari segala penjuru dunia berlomba berdatangan ke tempat ini.
Sayangnya pesona surgawi Raja Ampat bagai pedang bermata dua. Benar jika dikatakan pesonanya mendatangkan devisa luar biasa dari sisi pariwisata, namun pesona tersebut sekarang perlahan menghilang. Karang-karang yang indah ditemukan rusak di beberapa posisi.
Direktur Perancangan Destinasi dan Investasi Kementerian Pariwisata, Frans Teguh, dikutip dari CNN, mengatakan bahwa ada spot di kawasan Raja Ampat yang ditemukan sudah rusak.
“Enam bulan lalu ada underwater researcher datang dari Eropa ke Raja Ampat dia foto dan itu bagus sekali,” kata Frans.
Kelompok peneliti itu diketahui mengamati ekosistem bawah laut di satu titik di Raja Ampat dan mengabadikannya dalam foto.
Saat lima bulan berikutnya mereka datang kembali dan melakukan pengamatan di tempat yang sama, mereka terkejut. Mereka menyaksikan hal yang sangat kontras. Dalam rentang waktu yang sangat singkat, keindahan yang mereka temukan 5 bulan lalu telah mengalami perbedaan signifikan. Karang di kawasan tersebut ditemukan rusak parah.
Para peneliti tersebut mengungkapkan ada beberapa hal yang menyebabkan rusaknya karang di kawasan Raja Ampat ini.
Masyarakat lokal dan para turis dinilai ambil peran cukup besar dalam kerusakan tersebut. Terdapat bekas bom ikan dan juga hentakan kaki dari penyelam. Hal ini tentu sangat disayangkan.
Meski kerusakan karang tersebut tidak terjadi dalam skala luas, namun ini seperti alarm dini bagi dunia pariwisata Indonesia. Jangan sampai tempat yang telah didengung-dengungkan sebagai surga yang dititipkan Tuhan di tanah kita ini rusak begitu saja oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab.