Tak Perlu Ratusan Purnama Menunggu, Ajak Dia Segera Traveling Bersamamu

Ibarat menunggu ratusan purnama, menanti kepulanganmu adalah hal yang selalu menyiksa dirinya, apakah kamu masih sama, akankah kamu kembali pulang?

SHARE :

Ditulis Oleh: Desti Artanti

foto diambil dari sini

Mungkin kamu adalah seorang traveler yang tak pernah berheti menapaki satu tempat ke tempat lainnya. Mungkin juga kamu sudah menyatu dengan dunia traveling, yang terlanjur membawamu masuk begitu dalam. Banyak orang yang menganggapmu lebih memilih menikahi kebebasanmu ketimbang pasanganmu. Adakah kamu meragukan kemampuan dirimu untuk membawanya melangkah bersamamu?

Jika traveling adalah bagian dari pekerjaanmu, maka cobalah lihat situasi dan kondisi. Apakah pasanganmu masih mau menantimu di ‘pelabuhan’, ketika kamu terlalu asyik berlayar ke tempat-tempat yang jauh? Jangan-jangan, ada kapal lain yang mau bersandar di pelabuhannya. Relakah kamu terus pergi?

Misalnya kamu adalah travel photographer, kamu mungkin akan lebih sering mengabadikan keindahan sunrise dari puncak gunung atau rela menunggu berjam-jam demi timelapse langit yang sempurna. Bandingkan dengan mengabadikan momen indah bersama dirinya, sudahkah kamu punya memorinya? Atau mungkin kamu adalah seorang pekerja yang diharuskan untuk selalu bepergian, tidakkah kamu memikirkan Ia merindukan keberadaanmu yang mungkin lebih peduli dengan pekerjaan?

Boleh jadi, ada kapal lain yang ingin bersandar di pelabuhannya, relakah kamu terus pergi?

Tak perlulah ratusan purnama kamu menunggu, toh Ia sama bebasnya seperti dirimu, tak terikat apapun kecuali sebuah hubungan yang selalu dianggap picisan. Kapan saja, kalian bisa sama-sama pergi, berhenti saling menunggu dan mencari sosok lain yang mau memahami, lebih dari yang kamu bisa. Saat ratusan purnama telah berlalu, bisa saja kamu dan Ia tak lagi punya rasa, jika kamu masih ragu untuk membawanya bersamamu.

Tak perlulah kamu repot-repot kembali ke pelabuhan, jika kamu tak juga sadar betapa Ia telah lama sabar menantimu yang egois tak pernah memberi kabar. Traveling yang kamu lalui memang kesempatan sekali seumur hidupmu. Mumpung masih muda dan bergairah, kamu larut dalam dunia yang kamu ciptakan sendiri. Cita-citamu berkelana ke berbagai tempat telah tercapai satu per satu, kamu menyebutnya sebagai mission accomplised. Bukan gunung bukan lautan, bukankah Ia juga dulu adalah misi utamamu menuju bahagia?

Tak perlulah kamu repot-repot kembali ke pelabuhan, jika kamu tak juga sadar betapa Ia telah lama sabar menantimu yang egois tak pernah memberi kabar.

Jarang-jarang saat raga dan jiwamu masih sehat, kamu bisa menyelam bersama hiu paus di Kwatisore Papua, atau berkali-kali melakukan pendakian ke gunung tertinggi senusantara sekalipun untuk berburu foto travelingmu yang harganya jutaan itu. Namun, akan jarang juga, kamu mendapatkan kesempatan mengenal seseorang yang mau melengkapimu bahkan rela menantimu. Kamu masih ragu-ragu?

Dibandingkan meraih tangannya untuk kamu genggam dan berlayar bersama, mungkin tangan kirimu lebih bermanfaat untuk menenteng ransel dan tangan kananmu lebih senang menggenggam kamera untuk membidik keindahan alam. Rasanya tak masalah bila pasanganmu iri bahwa kamu lebih mencintai alam dan seisinya dibandingkan dengan mengambil kesempatan untuk hidup bersamanya, ya, kan?

Terkadang, kamu lupa, bahwa ‘ketidakjelasan’ pekerjaanmu masih membuat keluarganya ragu, kapan kamu mau memberanikan diri meminangnya, sementara sederet lainnya siap memberikan segalanya untuk dirinya. Kamu lupa bahwa Ia punya orang tua dan lingkungan yang selalu menanyakan,”Kapan Nikah?” Haruskah Ia selalu menjawabnya dengan senyuman?

Banyak orang bilang, menunggu adalah pekerjaan yang paling menyebalkan. Nyatanya, Ia telah rela melakukannya sejak lama, hanya untuk menantimu. Kamu dan pekerjaanmu, telah menikah dan melahirkan karya-karya indah yang susah payah didapatkan. Kapan kamu dan Dia segera menikah dan melahirkan kebahagian-kebahagiaan milik berdua?

Kamu telah pergi jauh berkali-kali, dan Ia masih saja mau denganmu. Lensa dan kameramu yang jika digabungkan harganya bisa mencapai ratusan juta, sudah bisa mewujudkan mimpi-mimpi hidup bersama miliknya sejak lama. Ke’gila’an akan dunia travelingmu mungkin kadang membuat lupa, ada seseorang yang jarang bisa kamu temui, sama seperti kesempatan travelingmu ke pelosok negeri yang juga jarang.
Mengapa tak ajak Ia hidup bersama jika Ia sudah sedemikian setianya? Mengapa tak ajak Ia pergi traveling bersamamu, agar kamu bisa mengajaknya untuk memandangi keindahan yang sama. Lebih-lebih jika kamu bisa membawanya untuk lebih bersyukur, bagaimana Tuhan memberikan kesempatan untuk kalian bersatu dan melihat goresannya yang selalu menakjubkan.
Ratusan purnama sungguh terlalu lama baginya untuk dihabiskan sendiri. Buatlah Ia memahami, bahwa kamu menganggapnya berarti, lebih dari pekerjaan yang selalu kamu utamakan sebelumnya.

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU