Apakah mereka yang bertualang solo traveler menganggap bahwa dirinya sendiri keren? Mungkin ini menjadi banyak pertanyaan bagi saya sendiri dan juga orang-orang di luar sana.
Saya tak pernah membayangkan dan berpikir untuk melakukan perjalanan seorang diri seperti yang orang-orang lakukan, wanita ataupun laki-laki. Menggendong ransel besar, berjalan menyusuri jalanan sambil memegang selembar kertas dan mengalungkan kamera. Menjejakkan kaki dari pulau satu ke pulau lain, mendatangi kampung demi kampung untuk beramah-tamah pada masyarakat setempat, atau untuk mengeksplor keindahan alam-alam. Untuk apa mereka lakukan ini?, saya tak habis pikir dengan tindakan mereka. Mereka menempatkan dirinya dalam situasi sulit.
Hal itu membawa saya pada rasa penasaran tinggi dan mencari tahu mengapa mereka mau melakukannya. Mulai dari membaca artikel-artikel tentang solo traveler dan tentang orang-orang dengan misi tertentu yang akhirnya menjadi berpengaruh besar terhadap traveling, menonton film-film traveling, dan akhirnya saya terpancing untuk melakukan hal tersebut. Bukan Labuan Bajo, bukan Raja Ampat, atau pedalaman Kalimantan yang menjadi tempat saya jelajahi. Saya memulainya dengan perjalanan di kota sendiri, Semarang. Berkeliling kota dengan kendaraan umum, berjalan kaki berkilo-kilometer untuk mencapai tempat tujuan, berinteraksi dengan orang-orang selama di perjalanan.
Akhirnya saya menemukan jawaban yang saya cari. Bahwa menjadi solo traveler bukanlah ajang untuk pamer dan membuktikan kepada dunia bahwa kita adalah wanita yang kuat, pemberani, pintar, memiliki banyak pengalaman.
Solo traveler adalah cara terbaik untuk mengenal diri sendiri lebih dekat. Inilah menjadi waktu-waktu terbaik yang pernah saya miliki.
Kaki saya bebas melangkah kemana saya ingin. Itu adalah hal-hal yang memang akan menjadikanmu memiliki sikap-sikap tersebut. Namun tidak menjadi ajang yang dipamer-pamerkan kepada orang lain. Sepertinya kamu tak perlu menunjukkan hal itu. Biarkan penonton yang menilai. Jika kamu menjadi inspirasi bagi orang-orang di luar sana, mereka tidak segan akan mengidolakan dan mengelu-elukanmu.
Kamu akan menjadi seseorang yang diidolakan dengan misi perjalananmu, namun tak perlu mengagung-agungkan diri sendiri. Siapkan misi perjalananmu dari sekarang!
Banyak aspekulasi yang mengecap bahwa solo traveler adalah seseorang yang introvert. Mereka lakukan perjalanan seorang diri tanpa ada teman yang menemaninya. Mereka adalah orang-orang yang tidak ingin diganggu oleh siapa pun ketika traveling. Nyatanya biarpun mereka traveling seorang diri, solo traveler adalah orang yang sangat terbuka pada siapa pun.
Seperti petulangan yang dilakukan oleh Robyn Davidson, seorang wanita berusia 27 tahun. Perjalanan yang ditempuhnya bukan perjalanan bersenang-senang untuk tidur di hotel mewah, merasakan sejuknya air pantai yang bening, atau makan-makanan enak di restoran ternama. Ini perjalanan panjang yang membuatnya harus meninggalkan seluruh ekspektasi tentang liburan. Perjalanan ini membuatnya harus berjalan panjang dan berjuang lebih keras lagi .
Seorang diri berada di tengah padang luas dengan menggiring 4 unta dan 1 anjing adalah hal mustahil. Selama di perjalanan, dia bertemu dengan orang-orang baik. Berteman dengan peternak unta, dengan tetua adat yang bersedia menemani perjalanan dengan suka rela, bertemu dengan para suku di gurun Australia dan bermain dengan mereka.
***
Jika sebuah perjalanan akan menjadikanmu menjadi seseorang yang lebih baik, kenapa tidak segera kamu lakukan? Kamu tidak ingin menyesal dikemudian hari dengan menatap jendela saat hujan bukan?